Pernyataan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin kelompok bersenjata anti-rezim Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memperingatkan agar tidak ada pihak yang mendekati institusi publik di Damaskus.
Dalam unggahan media sosial, ia menyatakan, “Institusi-institusi ini akan tetap berada di bawah pengawasan perdana menteri sebelumnya hingga secara resmi diserahkan.”
“Dilarang keras mendekati institusi publik,” tambahnya, sembari mengimbau agar tidak ada tembakan perayaan ke udara.
Perkembangan di Suriah
Bentrokan antara pasukan rezim Assad dan kelompok bersenjata anti-rezim pecah pada 27 November di wilayah pedesaan barat Aleppo, kota besar di Suriah utara.
Pada 30 November, kelompok anti-rezim merebut sebagian besar pusat kota Aleppo dari pasukan rezim.
Pada hari yang sama, mereka juga berhasil menguasai seluruh provinsi Idlib. Kamis (5/12), setelah pertempuran sengit, kelompok oposisi menguasai pusat kota Hama.
Di provinsi Homs, yang memiliki nilai strategis tinggi sebagai gerbang menuju Damaskus, kelompok anti-rezim merebut sejumlah permukiman dan mulai melancarkan serangan lanjutan.
Pada Jumat (6/12), kelompok oposisi bersenjata melancarkan operasi di provinsi Daraa, yang berbatasan dengan Yordania, dan berhasil merebut pusat kota dari pasukan rezim setelah bentrokan.
Pada Sabtu (7/12), seluruh provinsi Suwayda di selatan Suriah jatuh ke tangan kelompok oposisi. Pada hari yang sama, kelompok oposisi lokal di Quneitra juga berhasil menguasai ibu kota provinsi tersebut.
Di provinsi Homs, yang mengarah ke ibu kota, pasukan anti-rezim menguasai pusat provinsi pada Sabtu.
Pasukan yang maju melawan rezim Assad memasuki pinggiran selatan Damaskus pada Sabtu malam.
Pasukan rezim juga menarik diri dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, dan bandara internasional di Damaskus.
Ketika kelompok bersenjata anti-rezim mulai mendominasi ibu kota, rezim Assad pada Minggu pagi dengan cepat kehilangan seluruh kendali atas Damaskus.
Sumber: Anadolu