Cirebon (ANTARA) - Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC), Jawa Barat, menggandeng akademisi internasional untuk mengajak mahasiswa di kampusnya lebih bijak dalam menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
“Hari ini kami menyelenggarakan seminar internasional, dengan pokok bahasan utama terkait AI, media sosial dan kondisi masyarakat Muslim saat ini,” kata Wakil Rektor II UIN SSC Ilman Nafia di Cirebon, Kamis.
Baca juga: Kemenag dan UIN Siber rampungkan program penerjemahan Al Quran ke bahasa Cirebon
Ia mengatakan, kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen UIN SSC dalam meningkatkan literasi siber dan kompetensi digital, sebagai pilar utama pengembangan kampus.
Ilman menjelaskan bahwa literasi digital dan siber, menjadi fokus utama kampusnya dalam menghadapi tantangan di era teknologi.
Kegiatan literasi siber ini, kata dia, bertujuan agar mahasiswa mampu memilah informasi dan lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi AI maupun aplikasi digital yang berkembang di media sosial.
“Kami memiliki dua core pengembangan kampus, yaitu kompetensi digital dan literasi siber. Semua mahasiswa harus memahami teknologi dan memanfaatkannya secara bijak untuk kepentingan bangsa,” katanya.
Selain kegiatan tersebut, Ilman menyampaikan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan model pembelajaran berbasis AI untuk mendukung ekosistem akademik di UIN SSC.
“Kampus kami berkomitmen untuk terus mengadakan program literasi digital guna menciptakan generasi mahasiswa yang adaptif, kritis, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi,” ujarnya.
Sementara itu Nadirsyah Hosen, yang hadir sebagai pembicara utama, menegaskan bahwa AI merupakan perkembangan teknologi yang tidak dapat dihindari.
Akademisi di University of Melbourne Australia tersebut, menilai masyarakat, termasuk mahasiswa, harus memahami cara menghadapinya dengan bijak.
"AI ini bagian dari Super Smart Society 5.0, di mana semua sektor bergerak ke arah digital. Sebagai Muslim, kita tidak boleh antipati terhadap perkembangan teknologi, tetapi harus memilah mana manfaat dan mudaratnya,” tuturnya.
Hosen juga mengingatkan kalau kehadiran AI pun sering kali digunakan sebagai alat propaganda, seperti dalam konflik Israel-Palestina.
Menurutnya, hal tersebut pada akhirnya menuntut masyarakat harus memiliki kemampuan literasi digital untuk memverifikasi informasi yang diterima.
“AI hanya alat dan bisa menjadi sumber informasi, tetapi bukan sumber konfirmasi. Sayangnya, banyak orang tidak punya waktu untuk memverifikasi informasi,” katanya.
Hosen menambahkan bahwa pelarangan penggunaan AI bukan solusi efektif. Sebaliknya, pemerintah dan institusi pendidikan harus fokus pada edukasi, pendampingan, dan pelatihan masyarakat, terutama mahasiswa.
“Kita harus memperbanyak informasi edukatif dan sahih di internet agar masyarakat memiliki pilihan. Jika terus dilatih, mereka akan terbiasa memilah informasi yang benar. Jika tidak, mereka akan ikut arus yang salah,” ucap dia.
Baca juga: Kemenag ajukan perubahan IAIN Cirebon menjadi UIN ke Kemenpan RB
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UIN SSC gandeng akademisi ajak mahasiswa bijak gunakan AI