"AI ini bagian dari Super Smart Society 5.0, di mana semua sektor bergerak ke arah digital. Sebagai Muslim, kita tidak boleh antipati terhadap perkembangan teknologi, tetapi harus memilah mana manfaat dan mudaratnya,” tuturnya.
Hosen juga mengingatkan kalau kehadiran AI pun sering kali digunakan sebagai alat propaganda, seperti dalam konflik Israel-Palestina.
Menurutnya, hal tersebut pada akhirnya menuntut masyarakat harus memiliki kemampuan literasi digital untuk memverifikasi informasi yang diterima.
“AI hanya alat dan bisa menjadi sumber informasi, tetapi bukan sumber konfirmasi. Sayangnya, banyak orang tidak punya waktu untuk memverifikasi informasi,” katanya.
Hosen menambahkan bahwa pelarangan penggunaan AI bukan solusi efektif. Sebaliknya, pemerintah dan institusi pendidikan harus fokus pada edukasi, pendampingan, dan pelatihan masyarakat, terutama mahasiswa.
“Kita harus memperbanyak informasi edukatif dan sahih di internet agar masyarakat memiliki pilihan. Jika terus dilatih, mereka akan terbiasa memilah informasi yang benar. Jika tidak, mereka akan ikut arus yang salah,” ucap dia.
Baca juga: Kemenag ajukan perubahan IAIN Cirebon menjadi UIN ke Kemenpan RB
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UIN SSC gandeng akademisi ajak mahasiswa bijak gunakan AI