Kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pentingnya gencatan senjata tersebut dan mengatakan bahwa Israel akan merespons jika pertempuran kembali berlanjut.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada Selasa bahwa pemerintah Israel dan Lebanon telah menyetujui proposal gencatan senjata dari Washington, yang mencakup penarikan pasukan Israel dari Lebanon dalam waktu 60 hari.
Berdasarkan rencana tersebut, tentara Lebanon akan mengambil alih kendali wilayah Lebanon selatan, sementara Hizbullah akan memindahkan pasukannya ke utara Sungai Litani.
Sebuah komite internasional yang dipimpin oleh AS akan dibentuk untuk memantau kepatuhan kedua belah pihak terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Hezbillaj siaga
Hizbullah pada Rabu (27/11) mengeluarkan pernyataan pertama setelah perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan Israel mulai berlaku, dengan memastikan kesiapan kelompok itu untuk melawan bila kembali terjadi agresi.
"Pasukan kami akan tetap siaga untuk mengatasi ambisi dan agresi musuh kami, Israel," menurut pernyataan itu, 17 jam setelah gencatan senjata mulai diberlakukan.
Hizbullah berjanji akan mengawasi dengan ketat penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan.
"Mata para pejuang kami akan tetap fokus pada pergerakan dan penarikan mundur musuh di luar perbatasan, dan tangan mereka akan tetap di pelatuk untuk mempertahankan kedaulatan Lebanon,” kata kelompok tersebut.