Antarajabar.com - Unit pelestari budaya Taman Budaya Jawa Barat kerap menghadapi kesulitan ketika hendak melakukan revitalisasi seni tradisional di sejumlah daerah karena minimnya pelaku atau pegiat di daerah itu.
"Banyak kesenian yang sudah tidak memiliki pelestari dan ketika di lapangan, kami kerap kesulitan menemui pelaku seni yang mehamainya secara utuh. Mencari bahan baku alat-alat kesenian tua juga sulit," kata Kepala Seksi Pengelolaan TBJB Iwan Gunawan di Bandung, Senin.
Ia mengatakan, hasil dari observasi kesenian di daerah asal akan diolah di bengkel seni TBJB dan kemudian dipentaskan sebagai bentuk publikasi kepada para pegiat seni serta masyarat luas.
"Kesenian tradisional itu penting untuk dilestarikan dan diapresiasi. Dampaknya akan berimbas pada sektor pariwisata dan otomatis juga memengaruhi perekonomian," katanya.
Salah seorang pegiat seni tradisional sekaligus pendiri perguruan silat Putra Medal Saluyu, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat Tatang mengatakan, hingga saat ini salah satu kesenian yang sulit ditemukan pelakunya adalah Seni Reog.
"Mencari kendang reog sangat sulit, begitu pula pelaku seninyan" katanya.
Ia menyebutkan saat ini pihaknya tengah mengupayakan pelestarian reog dan sejumlah kesenian lain dengan mendirikan sanggar di rumah. Perangkat kesenian reog di rumahnyapun masih barang pinjaman.
Sementara itu Ketua Pelaksana Unit Pelestarian Budaya TBJB Mohamad Darajatun memaparkan, hingga saat ini proyek revitalisasi dan pelestarian yang tengah digarap adalah tari wayang asal Cirebon dan seni Randegan Kulon asal Kabupaten Majalengka.
Menurutnya, selain sumber daya pelestari seni yang minim di tiap-tiap daerah, masalah pendanaan kerap menjadi hambatan.
"Meski ini masalah klasik, tapi dana yang terbatas juga membuat kami mau tidak mau harus menyusun prioritas dengan membatasi jumlah pementasan," kata Darajatun menambahkan.
