“Program bioprospeksi ini menjadi solusi inovatif dan berkelanjutan dalam mengatasi berbagai tantangan pertanian di Kabupaten Kuningan,” kata dia.
Dia menjelaskan Kabupaten Kuningan sudah menerapkan teknologi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) di 15 desa di enam kecamatan dengan luas lahan lebih dari 100 hektare.
Wahyu mengungkapkan PGPR yang digunakan pada lahan pertanian itu, berasal dari pemanfaatan bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens.
“Kehadiran bioprospeksi nantinya sebagai pembanding PGPR untuk melihat mana yang lebih efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian,” katanya.
Kepala BNGi Hadi S Alikodra mengatakan program pengembangan bioprospeksi di TNGC guna menemukan potensi biologis dari tanaman, mikroorganisme, atau organisme lain yang dimanfaatkan untuk berbagai industri, termasuk sektor pertanian.
Kendati demikian, ia menyatakan, pengembangan bioprospeksi harus dilakukan dengan hati-hati dan bertanggungjawab agar tidak merusak ekosistem yang ada.
"Bioprospeksi tidak hanya untuk menemukan komponen baru dengan nilai ekonomi, tetapi juga memastikan keberlanjutan sumber daya hayati melalui aspek konservasi dan keberagaman biologis,” ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kuningan jalin kemitraan dengan BNGi guna pengembangan bioprospeksi