Derasnya air yang mengguyur pertiwi mengakibatkan tanah menjadi licin dan lunak. Alhasil, kendaraan bermotor menjadi mudah tergelincir, bila tidak malah terjebak di tengah-tengah lumpur.
Di hadapan alam, tak ada pengecualian untuk siapa pun, termasuk kendaraan pembawa solar.
Pengantar satu-satunya sumber energi tersebut acapkali tak mampu menembus ganasnya belantara.
Tindakan yang saat itu dapat Yuda lakukan hanyalah berkeliling bilik. Ia menjumpai satu per satu pekerja yang melontarkan protes untuk memberi pengertian soal keterbatasan listrik yang mampu dipasok oleh genset.
Pergulatan pada "Zaman Kegelapan" tak berhenti sampai di situ.
Setelah menyadari keterbatasan pasokan listrik dari genset, sejumlah aturan untuk mengefisienkan penggunaan energi pun diberlakukan.
Para pekerja dilarang menyalakan listrik di HPK pada pagi hingga sore hari. Selama Matahari masih bersinar, mereka pantang menyalakan listrik di hunian. Bahkan, untuk mengisi daya ponsel pun tidak boleh.
Pembatasan penggunaan listrik tersebut dikecualikan untuk pekerja yang sedang tidak enak badan.
Lebih lanjut, para pekerja hanya dapat mengisi daya ponsel di tempat yang sudah ditentukan agar tidak mengusik pasokan listrik dari genset.
Keseharian mereka menjadi jauh dari kata nyaman. Untuk menjalin komunikasi dengan keluarga tercinta atau pujaan hati saja, mereka harus memperhitungkan kecukupan baterai ponsel.
Kisah menyalakan pelita untuk Nusantara
Sabtu, 17 Agustus 2024 14:45 WIB