Teheran (ANTARA) - Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani mengatakan bahwa Teheran akan menggunakan haknya untuk membela diri secara sah guna melawan agresi Israel.
Bagheri menyampaikan hal tersebut pada Rabu saat berbicara dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi yang diadakan untuk membahas serangan Israel terhadap Palestina dan pelanggaran kedaulatan Iran
"Karena Dewan Keamanan PBB gagal mengambil langkah-langkah yang tepat terhadap serangan dan pelanggaran rezim Israel, Iran tidak punya pilihan selain menggunakan haknya untuk membela diri secara sah," kata Bagheri.
Bagheri mengkritik Dewan Keamanan PBB karena gagal mengekang agresi regional Israel. Ia mengutip serangan pada bulan April terhadap konsulat Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, dan pemblokiran saluran diplomatik oleh Washington dengan mencegah Dewan Keamanan mengutuk tindakan Tel Aviv.
Hal itu, katanya, memaksa Iran untuk menggunakan pembelaan yang sah. Ia juga merujuk pada kelambanan Dewan setelah Israel membunuh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.
“Tindakan ini diperlukan untuk mencegah serangan lebih lanjut terhadap kedaulatan, warga negara, dan wilayah Iran, dan tindakan ini akan dilakukan pada waktu yang diperlukan dan dengan cara yang tepat,” ucapnya.
Lebih lanjut Bagheri mengatakan pembunuhan Haniyeh dilakukan dengan persetujuan dan dukungan intelijen AS. Menurutnya, peran Washington tidak boleh diabaikan.
Oleh karena itu, ia mendesak negara-negara anggota OKI untuk mengutuk serangan Israel terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara regional serta menegaskan dukungan mereka terhadap hak Iran untuk membela diri secara sah.
China: Pembunuhan Haniyeh langgar Piagam PBB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dengan mengatakan insiden itu telah melanggar norma-norma dasar hubungan internasional dan Piagam PBB.
Wang memperingatkan bahwa pembunuhan Haniyeh berakibat memicu eskalasi konflik dan mendorong kawasan Timur Tengah ke situasi yang lebih berbahaya.
"Tindakan balasan mengarah pada lingkaran setan, dan kekerasan melahirkan lebih banyak kekerasan, yang memperburuk konflik," ujar dia.
Wang dengan mitranya dari Mesir dan Yordania membahas pembunuhan Haniyeh melalui panggilan telepon pada Selasa (6/8), menurut Kementerian Luar Negeri China.
Kepada Menlu Mesir Badr Abdelatty dan Menlu Yordania Ayman Safadi, Wang menyatakan bahwa Beijing dengan tegas menentang dan mengutuk keras pembunuhan tersebut, yang melanggar norma dasar hubungan internasional, melanggar kedaulatan Iran, serta merusak proses negosiasi gencatan senjata di Gaza.
“Pembunuhan ini melanggar prinsip dasar Piagam PBB,” kata Wang kepada Abdelatty.
“Kunci untuk menghindari memburuknya situasi adalah dengan menyepakati gencatan senjata yang menyeluruh dan permanen di Gaza sesegera mungkin,” ujarnya, menambahkan.
Tindakan pembunuhan seperti itu, kata Wang, sangat merusak upaya memajukan perdamaian dan menyebabkan gencatan senjata di Gaza semakin tidak dapat dicapai.
Dia kembali mengingatkan Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza tetapi “perang belum juga diakhiri”
“Tidak boleh ada standar ganda perihal konflik Gaza,” kata Wang.
Ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah pembunuhan Haniyeh di Teheran, Iran, pada 31 Juli lalu serta pembunuhan komandan senior kelompok Hizbullah Fuad Shukr di Beirut oleh Israel.
Hamas dan Iran menuduh Israel membunuh Haniyeh, tetapi Tel Aviv tidak membenarkan atau membantah bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei bersumpah untuk memberikan "hukuman keras" atas serangan di tanah Iran.
Sementara itu, Hamas pada Selasa telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik yang baru.
Sumber : Anadolu-OANA
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Iran gunakan hak membela diri secara sah untuk lawan agresi Israel