Jakarta (ANTARA) - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menyatakan bahwa kebaya memiliki kemampuan unik yang dapat mempersatukan seluruh pribadi perempuan Indonesia dari latar belakang yang berbeda-beda.
“Kebaya bukan sekadar lenggak-lenggok, tapi lebih dari itu kebaya merupakan alat pemersatu perempuan Indonesia,” kata Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu.
Giwo menuturkan kebaya dapat dijadikan sebagai simbol persatuan yang dapat dipakai siapa saja, baik dari suku, ras, agama, pendidikan, dan aspek-aspek lainnya. Hal itu dapat dibuktikan dengan masyarakat yang sejak dulu sudah menggunakan kebaya sebagai salah satu pakaian dalam beraktivitas sehari-hari.
Misalnya, sebagai pakaian yang dikenakan di rumah, berkegiatan di sekolah, kantor maupun sekadar belanja ke pasar hingga acara-acara resmi lainnya.
Menurut Giwo, kebaya tidak pernah boleh dilupakan. Sebab, kehadirannya identik dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang melahirkan banyak pejuang perempuan, seperti Malahayati, Kartini, hingga Rohana Kudus mengenakan kebaya.
Hal lain yang Giwo soroti adalah kebaya mampu memutar roda perekonomian bangsa. Berbagai acara UMKM yang menjual dan menampilkan kebaya di berbagai tempat lengkap dengan aksesorisnya, dapat memikat lebih banyak orang untuk melihat dan mengenakan kebaya.
“Maka dari itu, saya mengajak para perempuan untuk kembali mengenakan kebaya sebagai bagian jati diri perempuan Indonesia,” ujar Giwo.
Sebagai salah satu upaya dalam rangka mendorong kebaya agar lebih dikenal, Giwo menjelaskan Kowani bersama dengan Persatuan Insan Kolintang (PINKAN) Indonesia dan komunitas kebaya menyelenggarakan peragaan busana berkebaya pada Kamis (27/6) di Anjungan Sarinah, Jakarta.
Peragaan busana yang diselenggarakan menyambut Hari Kebaya Nasional (HKN) 24 Juli 2024 tersebut, dihadiri perancang busana ternama Anne Avantie, Penasihat HKN 2024, Nanny Hadi Tjahjanto dan Ketua Umum PINKAN Indonesia Peni Mursetio.