Produsen terbesar durian di Asia Tenggara berarti juga terbesar di dunia. Di luar kawasan Asia Tenggara, seperti Afrika atau Amerika Latin, tidak ada sentra durian yang menonjol.
“Masalahnya, 85 persen durian kita tumbuh alami,” ujar doktor pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Tumbuh alami itu menyebabkan kualitas buah sangat beragam karena tidak mendapat sentuhan budi daya yang baik.
Reza menyampaikan hal itu pada acara Durian Talk yang digagas oleh Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) pada awal Juni 2024.
Produksi durian Indonesia meningkat 71 persen dibandingkan produksi pada 2017 (795.200 ton), sementara itu luas produksi meningkat 231 persen.
Sentra produksi durian itu, antara lain, di Kabupaten Pasuruan (produksi 108.292 ton, area 9.998 hektare-ha), Kabupaten Malang (44.961 ton, 3.139 ha), Kabupaten Parigimoutong (22.863 ton, 1.862 ha), Tapanuli Selatan (18,295 ton, 2.339 ha), dan Lombok Barat (18.253 ton, 1.213 ha).
Direktorat Jenderal Buah dan Florikultura Kementeraian Pertanian jua mengembangkan sentra durian hingga 364 wilayah di 85 kabupaten dan 26 provinsi.
Para petani mengembangkan jenis seperti kromo, matahari, namlung, otong, petanling, dan sunan di 90 sentra hasil pengembangan pada 2023.
Setahun sebelumnya para petani di 110 sentra menanam jenis bintana, hepe, kani, serta jenis kromo, matahari, namlung, otong, petanling, dan sunan.
Pengembangan pada 2021 meliputi 134 sentra dan 2020 (30 sentra). Hingga 2022 Kementerian Pertanian merilis 114 varietas durian unggul.
Peluang ekspor durian Indonesia yang luas
Oleh Sardi Duryatmo*) Minggu, 2 Juni 2024 9:47 WIB