Ratusan pipa dan slang terpasang di bak penampungan yang dibangun secara swadaya bersama masyarakat dari empat desa sejak puluhan tahun lalu, sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian di Desa Cirumput, Sukamulya, Galudra, dan Mangun.
Slang dan pipa yang terpasang di bak penampungan besar membentang hingga belasan kilometer untuk sampai ke rumah dan kebun warga, dimana mengalirnya air secara alami atau memanfaatkan gaya gravitasi tanpa mengandalkan listrik karena berasal dari mata air dengan debit tinggi.
Banyaknya pipa yang membentang untuk sampai ke perkampungan menjadi pemandangan menarik bagi pendatang atau warga yang melintas karena perkampungan yang terletak di bawah kaki gunung identik dengan mudahnya mendapatkan sumber air atas atau bawah.
Sudah menjadi hal biasa bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga karena sejak turun temurun mereka sudah memanfaatkan sumber dari mata air yang ditampung dalam bak besar di bawah kaki gunung Gede-Pangrango, karena mereka tidak perlu membayar cukup melakukan pemeliharaan.
Tokoh pemuda Desa Sukamulya, Darda Ramdani (34) bercerita sejak dia masih kecil hingga saat ini, bak penampungan yang dibangun tokoh masyarakat sejak puluhan tahun lalu, sampai ke rumah warga tanpa dipungut biaya bulanan, melainkan hanya mendapat giliran untuk pemeliharaan.
Bak penampungan besar berukuran 4x4 meter dengan tinggi 2 meter dapat menampung puluhan ribu liter air yang dipergunakan warga di empat desa di Kecamatan Cugenang, untuk rumah tangga dan pertanian karena sumber mata air di perkampungan sulit didapat.
Beruntung sumber mata air di bak besar di wilayah Pasir Taman, Desa Sukamulya, tidak terganggu, sehingga masih bisa menjadi sumber air untuk kebutuhan warga di empat desa, termasuk di perkampungan desanya.
Sumur bor tetap menjadi solusi terbaik, namun biaya pembuatan sumur bor di wilayah Cugenang membutuhkan biaya cukup besar yang tidak terjangkau oleh warga, meski patungan dikumpulkan dari sekitar 1.200 kepala keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai buruh tani.
Karena satu sumur bor membutuhkan biaya sekitar Rp28 juta dengan kedalaman hingga 70 meter sampai mengeluarkan air. Beruntungnya warga di Kampung Karamat tempat tinggal 564 kepala keluarga dibangun sumur bor.