Cirebon (ANTARA) - Keraton Kanoman di Cirebon Jawa Barat terus melestarikan tradisi "Grebeg Syawal" yang menjadi prosesi ritual atau aktivitas ziarah sejak ratusan tahun silam sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur terdahulu.
Sekretaris Kesultanan Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina di Cirebon Rabu mengatakan, esensi dari tradisi ini merupakan ziarah kubur (nyekar) ke makam raja-raja yang telah wafat serta disemayamkan pada Astana Gunung Sembung di dalam Komplek Makam Sunan Gunung Jati.
Baca juga: Keraton Kanoman Cirebon gelar tradisi Panjang Jimat peringati Maulid Nabi
“Prosesi ritual yang ditahbiskan -disucikan- ini sebagai bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur dan perhelatan selametan atas rasa syukur yang berisi doa, kepada para raja-raja Cirebon khususnya dari Kesultanan Kanoman yang telah wafat,” katanya.
Ritual ini dimulai saat Patih Kesultanan Kanoman Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran secara langsung memimpin rombongan, untuk mencapai ruang utama Makam Sunan Gunung Jati melalui lawang pitu (pintu tujuh).
Pintu yang harus dilewati, katanya, terdiri atas beberapa titik yaitu pasujudan, ratna komala, jinem, rararoga, kaca, bacem, dan teratai.
Arimbi menyebut selama perjalanan, sejumlah warga ikut berkumpul di dekat lawang pitu sembari melantunkan doa untuk menyemarakan prosesi tersebut.
Sesampainya di ruang utama, keluarga dan kerabat dari Keraton Kanoman bergegas melaksanakan doa bersama hingga zikir di area Makam Sunan Gunung Jati.
“Proses ini dilanjutkan ke makam cicit dari Sunan Gunung Jati, yaitu Panembahan Ratu I, hingga makam Sultan Cirebon lainnya. Kemudian rombongan keluar melalui mergu atau lokasi pemakaman Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok,” katanya.
Arimbi menyampaikan, setelah berdoa, rombongan itu lantas bergeser ke area Pesanggrahan Kanoman untuk menyantap hidangan yang disediakan sembari beristirahat.Tak berselang lama, keluarga besar Keraton Kanoman melaksanakan surak atau tradisi membagikan hal baik kepada warga setempat yang menghadiri prosesi Grebeg Syawal.
"Kami berupaya merawat tradisi ini. Sebelumnya seluruh keluarga menjalani puasa selama enam hari, kemudian pada hari kedelapan setelah Lebaran ini kami menggelar Grebeg Syawal,” ujarnya.
Ia menambahkan tradisi ini menjadi momentum yang tepat, guna mempererat hubungan masyarakat dengan keluarga besar Keraton Kanoman.
“Tradisi ini merupakan suatu kegiatan yang suci, karena ada pertemuan antara sultan dengan masyarakatnya, sehingga menjadi silaturahim yang berkah,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon Agus Sukmanjaya menyatakan, tradisi yang terus terjaga, menunjukkan bahwa peran keraton sebagai pelindung warisan budaya telah berjalan dengan baik.
Artinya, katanya, keraton yang berada di Kota Cirebon sudah berperan aktif dalam memastikan budaya dan tradisi lokal tetap hidup serta terus berkembang.
“Keraton menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat tentang nilai-nilai budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Di mana ritual dan upacara adat dilakukan secara rutin, sehingga memperkuat identitas budaya di Kota Cirebon,” katanya.
Baca juga: Keraton Kanoman Cirebon sucikan gong Sekaten untuk peringatan Maulid Nabi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keraton Kanoman lestarikan tradisi “Grebeg Syawal” di Cirebon