Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon, Jawa Barat, menerapkan strategi untuk menstabilkan harga beras dengan menyederhanakan pola distribusi supaya komoditas itu tersebar merata ke pedagang pasar hingga ritel modern di kotanya.
“Kita melakukan intervensi terhadap ketersediaan pasokan (beras) dengan tiga mekanisme yaitu melalui pasar tradisional, operasi pasar dan toko modern,” kata Penjabat Wali Kota Cirebon Agus Mulyadi di Cirebon, Jumat.
Strategi itu, kata dia, memudahkan masyarakat untuk membeli beras sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) dengan cara mengunjungi pasar tradisional dan ritel resmi maupun kegiatan gerakan pangan murah yang diadakan secara rutin.
Ia menuturkan agar upaya tersebut efisien, pihaknya sudah menjalin kesepakatan dengan Bulog setempat untuk segera mendistribusikan pasokan beras yang tersedia.
Agus menilai bahwa Bulog dapat memainkan perannya dalam menjaga keseimbangan alur distribusi beras, dengan melihat situasi dan dinamika pasar saat ini.
“Karena yang ada stoknya di Bulog itu hanya 10 persen dari total konsumsi. Padahal jumlah itu bisa dimaksimalkan untuk pengendalian harga,” ujarnya.
Ia mengakui jika semua langkah ini dilakukan secara cermat, maka harga beras khususnya di Kota Cirebon kembali stabil atau minimalnya tidak terjadi lagi kenaikan yang signifikan.
Sementara Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Anton Pitono menyebut pasokan beras di pasaran diprediksi dapat kembali normal dalam beberapa bulan ke depan. Sebab daerah produsen beras di wilayah aglomerasi Cirebon Raya dipastikan akan melakukan panen raya.