Melodi musik “tarling” yang menggema di gudang logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cirebon, Jawa Barat, medio Januari lalu, membakar semangat puluhan pekerja untuk segera menuntaskan proses sortir dan lipat lebih dari 1,2 juta lembar surat suara.
Tembang khas Cirebon itu mengalun dan sukses mengusir kejenuhan para pekerja yang tanpa lelah memilah setiap lembar surat suara menggunakan alat sederhana.
Dari pagi hingga sore, gudang seluas 1.200 meter persegi ini tidak pernah sepi. Supaya bisa mendapatkan upah Rp100 ribu dengan menyelesaikan 500 lembar per hari, kelompok pekerja selalu bergegas melibas tumpukan surat suara di depannya.
Petugas gabungan dari KPU hingga kepolisian pun turut hadir, untuk memastikan tahapan sortir dan lipat surat suara ini berjalan sesuai aturan.
Namun di tengah hiruk-pikuk tersebut, sosok perempuan bernama Hafizha Felicia (22) berhasil mencuri perhatian dengan keunikan yang membedakannya.
Meski diam membisu, senyum kecil tergurat pada wajahnya. Ia tampak begitu teliti dan tidak tergesa-gesa saat memeriksa kemudian melipat ribuan surat suara yang dipakai pada Pemilu 2024 nanti.
Rupanya, bagi Felicia, kesibukan di gudang logistik itu tak sekadar mencari cuan tambahan, melainkan menjadi kegiatan menyenangkan dengan tawa riang yang meleburkan semua batasan.
Ia bisa merasakan bagaimana diperlakukan setara dan diterima, tanpa adanya stigma yang kerap menghantuinya.