Washington (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengecam masyarakat internasional pada Selasa karena gagal menghentikan perang di Jalur Gaza dan menyampaikan kekhawatiran pada meluasnya konflik di kawasan.
“Seratus sembilan hari konflik itu telah berlangsung, sangat disayangkan komunitas internasional masih tidak mampu menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat," ujar Fidan.
"Gaza dulu pernah menjadi sebuah penjara terbuka. Sekarang, (wilayah) ini adalah medan tempur, di mana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalankan operasi militer untuk membunuh warga sipil guna memperpanjang kehidupan politiknya," kata Fidan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah, termasuk soal Palestina.
Dalam pertemuan yang dipimpin Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres itu, para menlu dan para duta besar dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB dan negara-negara lain akan membahas krisis kemanusiaan di Gaza akibat operasi militer Israel yang terus menelan korban jiwa dan memicu seruan gencatan senjata segera.
"Argumen bahwa perang saat ini adalah soal melindungi keamanan Israel bukanlah hal yang meyakinkan,” kata Fidan.
"Namun, para pendukung argumen ini tidak pernah berbicara tentang keamanan Palestina atau hak Palestina untuk membela diri ," katanya, seraya menekankan bahwa Israel "melakukan kejahatan perang serius."
Mereka yang melakukan pelanggaran harus bertanggung jawab untuk memulihkan kepercayaan pada hukum internasional dan tatanan berbasis aturan, kata Fidan.
Turki sangat prihatin dengan laporan bahwa kejahatan perang Israel di Gaza mungkin sama dengan genosida, katanya.
Menlu Turki itu juga menyampaikan bahwa Ankara menyambut baik kasus gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Israel terhadap Konvensi Genosida 1948.
"Ini adalah upaya tepat waktu untuk melindungi rakyat Palestina dari bahaya lebih lanjut ," tambahnya. "Kita memiliki tanggung jawab historis untuk menghentikan perang ini."
Fidan menekankan perlunya menghindari eskalasi geografis konflik tersebut.
Sumber: Anadolu
Sementara itu, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Josep Borrell, menandaskan Israel tak bisa memveto hak warga Palestina dalam menentukan nasibnya sendiri.Dalam konferensi pers gabungan di Brussels, Borrell menyatakan PBB sudah berulang kali mengakui hak rakyat Palestina dalam menentukan nasib sendiri sehingga tak ada seorang pun yang boleh membantah atau menentang hak itu.
Dalam pernyataan pers usai pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Borrell menegaskan perundingan solusi dua negara di Timur Tengah masih akan berlanjut, tak peduli apa keinginan Israel.
Baca juga: Korsel ajak Uni Eropa putuskan rantai pembiayaan nuklir Korea Utara
Borrell juga menandaskan jika Israel tak ingin solusi itu, maka mereka akan sulit mendapatkan tempat dalam perundingan perdamaian, dan menegaskan bahwa sikap politik Israel tidak boleh menghalangi negara lain untuk melakukan hal serupa.
Dia menekankan bahwa akan ada tawar menawar kekuasaan yang layak bagi komunitas internasional jika semua pihak bertemu, mengusulkan dan menyepakati solusi.
Baca juga: EU sebut lebih banyak kematian di Gaza tidak membuat Israel aman
Sumber: WAFA
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dunia gagal hentikan pertumpahan darah di Gaza, kata Menlu Turki