Bandung (ANTARA) - Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Provinsi Jawa Barat mengungkapkan bahwa kinerja positif Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mampu menjaga stabilitas perekonomian Jawa Barat pada tahun 2023, walau kondisi global sedang tidak pasti.
"Di tengah risiko volatilitas kondisi global dengan berbagai perang dan semacamnya, APBN tahun 2023 berperan penting sebagai shock absorber dalam upaya meredam dampak gejolak perekonomian global, hingga stabilitas perekonomian Jabar terjaga," kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Provinsi Jawa Barat Heru Pudyo Nugroho di Bandung, Senin.
Baca juga: Diversifikasi industri harus dilakukan antisipasi pelambatan ekonomi di Jawa Barat
Heru menerangkan bahwa dengan kerja keras APBN, perekonomian Jawa Barat di tahun 2023 mampu tumbuh 4,57 persen dengan tingkat inflasi yang terjaga dan terkendali sepanjang tahun.
Selain itu, neraca perdagangan November 2023 tercatat surplus sebesar 1,95 miliar dolar AS, yang secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-November 2023 mencapai 30,76 miliar dolar AS.
"Akselerasi belanja negara dilaksanakan sebagai wujud dukungan penuh APBN dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, percepatan pembangunan infrastruktur dan konektivitas, pelaksanaan kebutuhan agenda Pemilu 2024, serta meredam dampak El Nino dan stabilisasi harga," ucapnya.
Kinerja positif pelaksanaan APBN tahun 2023 juga ditunjukkan oleh kondisi fiskal yang semakin sehat, dengan ditopang pendapatan negara yang meningkat signifikan.
"Kinerja APBN tahun 2023 yang sehat dan terjaga kuat, serta momentum pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, diharapkan dapat menjadi pijakan kuat bagi APBN dalam rangka mencapai target pembangunan di tahun 2024," ujarnya.
Heru yang juga merupakan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Jabar mengungkapkan bahwa kinerja APBN pada 2023, tercatat realisasi pendapatan negara mencapai Rp151,38 triliun (100,4 persen terhadap APBN 2023) atau tumbuh 4,9 persen dibandingkan realisasi tahun 2022.
Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp144,30 triliun (98,9 persen terhadap APBN), tumbuh kuat sebesar 4,3 persen dari realisasi tahun 2022, di tengah gejolak perekonomian global yang sangat dinamis dan termoderasi harga komoditas.
"Pencapaian penerimaan perpajakan yang cukup kuat ini terutama ditopang oleh pemulihan ekonomi yang semakin kuat dan efektivitas reformasi perpajakan," ucapnya.