"Banyak warga Palestina meninggal dunia akibat kekurangan bahan bakar, air, listrik dan obat-obatan karena blokade disengaja."
"Rumah sakit-rumah sakit di Gaza hampir tidak berfungsi karena tidak ada listrik untuk ventilator, menggunakan cuka untuk antiseptik, mengoperasi tanpa pembiusan, dan terus dibombardir Israel. Keadaan ini sangat tidak manusiawi."
Para akademisi itu melanjutkan bahwa "para pakar Holocaust dan genosida terkemuka di Yahudi dan Israel menyebut hal ini sebagai ‘kasus genosida seperti dikenal dalam buku teks.’ Pakar genosida Bosnia juga menyatakan bahwa “apa yang terjadi di Gaza adalah genosida.”
Surat itu juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai hancurnya sejumlah universitas Palestina di Gaza, dan tewasnya para akademisi serta mahasiswanya.
Menurut mereka, kekejaman yang terjadi di Gaza saat ini menambah penjajahan dan pendudukan selama 75 tahun Israel di tanah Palestina. Dalam keadaan seperti ini tak ada yang mampu hidup normal, tulis mereka dalam surat itu.
Perlu Dana Bantuan Rp18,9 triliun
Kantor Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat menyebut jumlah dana yang dibutuhkan untuk memenuhi 2,7 juta pendudukan Jalur Gaza dan Tepi Barat diperkirakan mencapai 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp18,9 triliun).
Juru bicara kantor tersebut, Jens Laerke, mengatakan pada konferensi pers PBB di Jenewa bahwa lembaga tersebut akan memperbarui permohonan awal yang diajukan pada Senin (6/11).
Ia menyebutkan bahwa permohonan awal, yang diluncurkan pada 12 Oktober, meminta dana sebesar 294 juta dolar AS (sekitar Rp4,6 triliun) untuk mendukung hampir 1,3 juta orang.
Ketika menjawab pertanyaan Anadolu, Laerke mengatakan hingga saat ini hanya 25 persen dari permohonan awal yang mendapatkan dana.
600 akademisi Irlandia minta kampus-kampus putuskan huhungan dengan Israel
Minggu, 5 November 2023 11:01 WIB