Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi sinyal positif pasar terhadap aset berisiko.
“Minat pasar terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia bergerak naik pagi ini mengikuti kenaikan indeks saham AS dan Eropa semalam. Hal ini bisa mendukung penguatan rupiah sebagai risk asset terhadap dolar AS hari ini,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Jumat.
Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang masih menurun turut memberikan dukungan untuk penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pada hari ini, yield tenor 10 tahun sudah berada di kisaran 4,66 persen dari sebelumnya bergerak di atas 4,7 persen.
Selanjutnya, dengan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang tidak terlalu hawkish dan tidak adanya hal baru dalam rapat kebijakan moneter AS tersebut, pasar kembali masuk ke aset berisiko untuk sementara.
“Mengapa sementara? Karena The Fed tidak mengesampingkan kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya lagi. Inflasi AS masih belum turun ke target 2 persen dan ekonomi AS terlihat masih solid,” ungkap Ariston.
Semalam, rilis data Pesanan Pabrik (Factory Orders) AS bulan September 2023 juga mengalami kenaikan 2,8 persen, lebih bagus dari kenaikan bulan sebelumnya 1,0 persen. Artinya, sentimen kenaikan suku bunga atau suku bunga tinggi bisa kembali membayangi pasar keuangan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sinyal positif pasar terhadap aset berisiko dorong penguatan rupiah