Saya akan menjawab klaim tersebut satu persatu secara ringkas dengan data-data yang memadai.
Terkait klaim Faisal Basri bahwa angka ekspor hilirisasi nikel tahun 2022 Rp510 triliun yang disampaikan Presiden Jokowi salah, karena menurut hitungan dia, angkanya Rp413,9 triliun.
Kesalahan utama Faisal Basri di sini adalah tidak update terhadap perkembangan hilirisasi di Indonesia, sehingga dia hanya memasukkan angka ekspor besi dan baja senilai 27,8 miliar dolar AS atau Rp 413,9 triliun. Padahal hilirisasi nikel Indonesia juga memproduksi bahan lithium baterai seperti nickel matte dan Mixed Hydrate Precipitate (MHP) yang tergabung dalam HS Code 75.
Pada 2022, nilai ekspor nickel matte dan MHP adalah 3,8 miliar dolar AS dan 2,1 miliar dolar AS. Selain itu masih ada beberapa turunan nikel di HS Code 73.
Jika angka ekspor semuanya di total maka angkanya adalah 34,3 miliar dolar AS atau Rp510,1 triliun. Tepat sesuai yang Presiden Jokowi sampaikan.
Klaim Faisal Basri bahwa negara menerima pendapatan negara yang kecil akibat pelarangan ekspor bijih nikel, karena para smelter tersebut mendapatkan tax holiday 20 tahun. Di sini Faisal Basri tidak memahami ketentuan tax holiday di Indonesia sehingga mencapai kesimpulan yang keliru.
Tax holiday 20 tahun diberikan dengan investasi sebesar Rp30 triliun atau lebih. Jika kurang dari itu maka akan menyesuaikan periodenya, antara 5-15 tahun. Insentif tax holiday ini hanya untuk PPh Badan, pajak-pajak lainnya tetap harus dibayar.
Berdasarkan data pemberian tax holiday tahun 2018-2020, rata-rata perusahaan smelter yang memperoleh tax holiday 7-10 tahun. Hanya ada 2 yang memperoleh 20 tahun, dimana saat ini hanya 1 yang beroperasi.
Telaah - Sesat Berfikir Hilirisasi Faisal Basri
Oleh Septian Hario Seto*) Sabtu, 12 Agustus 2023 16:00 WIB