Memang benar kontribusi industri pengolahan menurun pada periode 2014 dibandingkan 2022, namun hal itu sebagian besar disebabkan karena turunnya kontribusi subsektor industri batubara dan pengilangan migas, industri alat angkutan dan industri kayu, alat dari kayu dll yang turun masing-masing hingga 1,3 persen, 0,5 persen, dan 0,4 persen terhadap PDB.
Sementara itu, kontribusi subsektor industri logam dasar terhadap PDB justru meningkat 0,1 persen utamanya didorong oleh hilirisasi nikel.
Tanpa ada hilirisasi nikel, penurunan kontribusi industri pengolahan tentunya akan lebih turun. Kinerja hilirisasi nikel dalam mendorong industrialisasi terlihat di level provinsi.
Sejak 2014 hingga 2022, provinsi dimana hilirisasi nikel terjadi mengalami peningkatan share industri manufaktur yang signifikan. Kontribusi industri pengolahan di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan hingga 34,4 persen, sementara kontribusi industri pengolahan di Maluku Utara mengalami peningkatan hingga 24,0 persen.
Terkait pendalaman industri, semuanya membutuhkan proses. Ini bukan sulap atau sihir yang bisa terjadi seketika.
Perlu diingat kebijakan hilirisasi nikel baru dilaksanakan secara konsisten sejak awal 2020, ketika pemerintah menerapkan larangan ekspor bijih nikel. Sebelumnya pernah ada pelarangan, namun tahun 2017-2019 sempat diizinkan kembali ekspor bijih nikel. Jadi baru kurang lebih 3 tahun kebijakan hilirisasi nikel ini.
Menarik investor
Apa dampak konsistensi hilirisasi nikel ini selain sektor besi baja? Kita mampu menarik investasi-investasi baru dalam bidang baterai lithium.
Nikel kadar rendah kita yang sebelumnya tidak dipakai, saat ini bisa diproses menjadi Mixed Hydrate Precipitate (MHP) yang merupakan bahan baku utama baterai lithium.
Telaah - Sesat Berfikir Hilirisasi Faisal Basri
Oleh Septian Hario Seto*) Sabtu, 12 Agustus 2023 16:00 WIB