Bandung (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat (Jabar) mengungkapkan bahwa investasi daerah ini ke depan diarahkan pada hilirisasi sumber daya alam dan meningkatkan komoditas domestik yang bernilai tambah.
"Hal ini sesuai dengan kebijakan strategis yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, karenanya prioritas kami akan diarahkan hilirisasi SDA dan meningkatkan komoditas domestik bernilai tambah," kata Kepala DPMPTSP Jabar Nining Yulistiani dihubungi di Bandung, Senin.
Dengan arah kebijakan yang demikian, Nining mengatakan bahwa Jabar akan terus mendorong untuk mengembangkan potensi-potensi investasi yang memiliki prospek baik.
"Yang berbasis pada sektor kehutanan, minyak dan gas, agrikultur, perikanan, dan juga ekosistem kendaraan listrik sebagai prospek untuk investasi Jawa Barat ke depannya seperti pembangunan pabrik baterai," ujar dia.
Selama Januari sampai September 2023 ini, realisasi investasi Jabar mencapai Rp153,2 triliun dengan didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) sekitar 60,09 persen (Rp93,3 triliun), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar 39,03 persen (Rp59,8 triliun).
Lokasi investasi terbesar di Jabar pada periode Januari sampai September 2023 adalah Kabupaten Bekasi (Rp41,5 triliun), Kabupaten Karawang (Rp35,1 triliun), Kabupaten Bogor (Rp12 triliun), Kabupaten Purwakarta (Rp10,7 triliun), dan Kota Bekasi (Rp8,6 triliun).
Dengan capaian tersebut, investasi Jawa Barat lebih tinggi dari DKI Jakarta (Rp130,3 triliun), Jawa Timur (Rp100,1 triliun), Sulawesi Tengah (Rp83,6 triliun), dan Banten (Rp78,6 triliun).
Sepanjang 2023 ini, hingga kuartal ketiga (bulan September), ada lima sektor yang diminati investor yang terdiri atas sektor transportasi, gudang dan komunikasi senilai Rp28,8 triliun. Sektor kedua adalah investasi perumahan, kawasan industri dan perkantoran senilai Rp19,5 triliun.