Jakarta (ANTARA) - Mudik Lebaran tahun ini menjadi salah satu hal istimewa karena untuk pertama kalinya sejak pandemi virus corona, aturan pembatasan kegiatan luar ruangan dicabut.
Kepala Pemasaran airasia Super App Indonesia Boni Andika dalam keterangan pers, Jumat, menilai tingginya permintaan masyarakat yang melakukan perjalanan pada musim mudik terlihat dari peningkatan jumlah pengguna yang tertarik menggunakan promosi dari maskapai tersebut.
airasia Super App membagikan tiga tips naik pesawat supaya mudik Lebaran tahun ini aman dan lancar.
1. Fasilitas check-in mandiri
Situasi bandara saat musim mudik pasti akan ramai, oleh karena itu luangkan waktu lebih banyak sekitar 2-3 jam sebelum waktu penerbangan untuk mengantisipasi antrean penumpang.
Jika penumpang hanya membawa bagasi kabin, manfaatkan fitur check-in (lapor diri) mandiri di aplikasi atau mesin anjungan check-in yang tersedia di bandara.
2. Bawa barang secukupnya
Setiap maskapai menerapkan batas kapasitas bagasi, yang wajib diketahui penumpang. Supaya tidak mengeluarkan biaya ekstra akibat kelebihan bagasi, maksimalkan ruang pada tas atau koper dengan membawa perlengkapan berukuran kecil.
Penumpang juga bisa mempertimbangkan menyimpan pakaian dalam plastik vakum untuk menghemat ruang pada koper.
3. Optimalkan poin loyalitas
Harga tiket pesawat bisa menjadi lebih hemat jika penumpang memanfaatkan poin loyalitas. airasia menyediakan fitur untuk mengumpulkan dan menukar airasia points di dalam aplikasi.
Poin yang terkumpul dari transaksi akan bisa digunakan untuk memesan tiket penerbangan, reservasi hotel sampai pembelian produk di toko online duty free atau bebas pajak.
Sementara itu Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak (ERIA) Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie, Sp.A(K) meminta agar orang tua lebih menyadari beberapa kondisi darurat (emergency) yang mungkin dapat terjadi pada anak saat mudik menggunakan pesawat terbang.
"Jangan menyangka, 'oh, kalau naik pesawat aman, deh'. Belum tentu. Jadi modalitas mudik ini yang mungkin banyak akan dipakai oleh masyarakat awam juga bisa menyebabkan hal emergensi," kata Ririe dalam diskusi media secara daring, Selasa (4/4).
Apabila bayi dan anak dalam kondisi tidak prima, termasuk mengalami batuk dan pilek yang agak berat hingga kesulitan bernapas, Ririe mengingatkan agar orang tua harus waspada. Pengaruh ketinggian terhadap kondisi oksigen dalam tubuh, jelasnya, akan menimbulkan atau berdampak emergensi salah satunya yaitu hipoksia atau kekurangan oksigen.
"Apabila anaknya sejatinya sudah mulai kurang sehat, batuk pileknya sudah rada-rada berat, hidung mampet, sementara dia sudah kesulitan untuk menghirup oksigen, misalnya, kemudian dibawa dengan perjalanan jauh mungkin 4 sampai 6 jam apalagi berbelas jam, itu kita harus waspada terhadap terjadinya hipoksia," kata dia.
Ririe menjelaskan kekurangan oksigen dapat menyebabkan napas menjadi berkurang atau bahkan meningkat. Kadar oksigen yang sangat kurang juga bisa menimbulkan gejala kejang-kejang. Kondisi ini perlu diwaspadai mengingat fasilitas emergensi yang ada di dalam pesawat memiliki keterbatasan.
Dia juga mengingatkan orang tua yang membawa bayi, terutama di bawah usia 3 bulan, harus memiliki persiapan khusus sebelum melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat. Apalagi mengingat adanya penurunan saturasi oksigen saat berada di dalam pesawat.
Selain hipoksia, kondisi lain yang perlu diwaspadai yaitu sindrom dysbarism yang terjadi akibat perubahan tekanan di sekitar tubuh saat berada pada ketinggian. Kondisi ini, kata Ririe, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di saluran cerna, seperti rasa kembung hingga mendadak muntah.
Beberapa anak yang sudah memiliki gangguan pada tuba eustachi atau saluran di telinga juga harus waspada saat memutuskan untuk menggunakan transportasi udara. Menurut Ririe, biasanya anak pada kasus tersebut akan mengalami keluhan nyeri telinga pada saat pesawat lepas landas maupun saat mendarat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tips mudik Lebaran aman dan lancar naik pesawat