Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Selasa menguat ditopang meningkatnya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia.
Rupiah pada Selasa ditutup meningkat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.886 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.902 per dolar AS.
"Dari faktor internal data index PMI yang kuat mengindikasikan prospek ekonomi Indonesia yang masih kuat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hasil survei yang dirilis S&P Global menunjukkan capaian PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di posisi 51,9, naik dibanding bulan sebelumnya yang menempati level 51,2.
Capaian tersebut kembali mampu melewati PMI pusat manufaktur terbesar dunia yaitu, China (50,0) dan kembali lebih tinggi dari PMI ASEAN (51,0), Malaysia (48,8), Vietnam (47,7), Taiwan (48,6), Jepang (49,2), Korea Selatan (47,6), Inggris (48,0), Amerika Serikat (49,3), dan Jerman (44,4).
Rully menuturkan rupiah hari ini diperkirakan diperdagangkan menguat terhadap dolar AS dengan volatilitas yang tinggi dan tekanan yang tinggi karena meningkatnya kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada awal Mei 2023 setelah rilis data tenaga kerja AS.
Pasar tenaga kerja AS yang tangguh mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan depan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat ditopang meningkatnya PMI manufaktur Indonesia