Pekan lalu, Presiden Ebrahim Raisi memerintahkan penyelidikan atas penyakit misterius tersebut, serta menginstruksikan Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi mencari akar masalah dari kasus yang menyebabkan aksi protes di sejumlah kota.
Pada laporan pendahuluan yang diberikan Senin (6/3) malam, Vahidi mengatakan tidak ditemukannya substansi racun pada sampel yang diambil dari siswi terdampak, serta menambahkan bahwa penyebar isu telah diadili.
Laporan tersebut menyatakan zat iritasi yang menyebabkan gejala keracunan, ditemukan pada kurang dari lima persen siswi, serta menambahkan bahwa hal tersebut merupakan aksi kejahatan yang disengaja.
Wakil Menteri Kesehatan Saeed Karimi mengatakan bahwa komite ilmiah yang menyelidiki kasus tersebut telah mengunjungi banyak provinsi dan menemukan bahwa zat penyebab peristiwa keracunan itu bukanlah jenis berbahaya.
Karimi mengatakan bahwa zat iritasi yang digunakan pada kasus keracunan hanya mempengaruhi 10 persen siswi dengan cara dihirup sehingga menyebabkan beragam gejala keracunan.
Kepala pengadilan Mohseni Ejei juga menyebut peristiwa keracunan itu sebagai contoh penyelewengan di muka bumi serta memperingatkan akan menjatuhkan hukuman berefek jera bagi mereka yang terlibat baik langsung maupun tak langsung.
Pejabat tinggi Iran mengaitkan kegaduhan yang berhubungan dengan penyakit misterius itu sebagai musuh, menyiratkan negara-negara Barat.
Pada pertemuan umum di kota selatan Bushehr Jumat (3/3) lalu, Presiden Raisi mengatakan keracunan pada siswi sekolah merupakan bagian dari perang hibrida melawan Iran guna menimbulkan keresahan.
Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian melalui Twitter juga mengkritisi negara Barat atas reaksi turut campur mereka atas masalah tersebut, setelah Amerika Serikat dan Jerman menyerukan penyelidikan mengenai itu.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Iran umumkan penangkapan pertama pada kasus keracunan siswi sekolah
Iran umumkan penangkapan pertama terkait kasus keracunan siswi
Rabu, 8 Maret 2023 19:19 WIB