Bisnis itu sudah dirintisnya sejak 2017, ketika warga Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, itu memutuskan untuk menyewa ruko di pinggir jalan. Dia bekerja seorang diri untuk usahanya memberikan layanan membuat dan mencetak foto, poster, serta spanduk.
Setelah bisnis sempat menurun pada pertengahan 2019, ia akhirnya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak toko dan melanjutkan usahanya di rumah.
Di saat itulah laki-laki berusia 31 tahun itu memutuskan untuk mulai mengembangkan konten videonya. Dengan teknik yang dipelajari dari pelatihan Kartu Prakerja, ia merasakan dampak nyata, seperti peningkatan jumlah penonton yang melihat kontennya.
"Gede, lumayan dampaknya. Bahkan teman saya yang baru lihat, bilang ada view yang sudah sampai 6 ribu, bahkan yang sudah di-upload beberapa bulan," ujarnya.
Tapi dia masih menghadapi masalah penambahan subscriber di akunnya, mengaku masih belum konsisten mengeluarkan konten untuk menjaga pertambahan penonton.
"Kembali lagi sebenarnya, yang tentuin hasilnya tetap kita," kata Omi.
Hasil ditentukan oleh diri sendiri tampaknya menjadi salah satu kalimat yang sering menghiasi hidupnya. Semua yang dia capai sampai saat ini bisa dikontribusikan sebagian besar karena usaha sendiri.
Dia mengaku berhenti bersekolah formal sampai dengan tingkat kelas 5 SD, karena menghadapi berbagai reaksi dari teman-temannya akibat kondisi fisiknya.
Kekuatan mentalnya waktu itu tidak cukup menopangnya untuk bertahan dan melanjutkan sekolah.