“Islam, menurut Buya Syafii, harus senantiasa bersentuhan dengan realitas dan konteks masyarakat yang sedang berkembang. Islam bukan ajaran spiritual yang serba abstrak dan melulu hanya bicara tentang langit, melainkan menyampaikan ajaran yang membumi dan memberikan efek sosial yang nyata," kata Romo Greg.
Selanjutnya, dalam sesi diskusi yang kedua bertajuk Arabisme, Lokalitas, dan Kosmopolitanisme Islam, dosen Universitas Nasional Singapura Dr. Azhar Ibrahim menyampaikan bahwa isu-isu keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan yang selama ini disuarakan Buya Syafii, tidak hanya mewakili Indonesia.
Ia mengatakan isu-isu keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan yang disuarakan Buya Syafii juga sangat cocok dengan alam Melayu secara keseluruhan serta dapat pula disesuaikan kepada tuntutan zaman dan budaya setempat.
“Saya sendiri beruntung mengenali beliau, mendapat limpahan ilmu dan pengalaman yang sangat berharga”, kata Azhar.
Muktamar Pemikiran Ahmad Syafii Maarif yang digelar oleh Maarif Institute ini, diikuti oleh 100 orang peserta dari berbagai daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mereka, di antaranya, terdiri atas peserta Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif (SKK-ASM) periode tahun 2022, para peneliti muda yang merupakan alumni Program Maarif Fellowship dan alumni SKK-ASM, serta para kader intelektual dan aktivis lintas agama.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akademisi sebut Buya Syafii terus perjuangkan Indonesia semakin adil
Buya Syafii Maarif di mata telaah akademisi
Minggu, 13 November 2022 12:56 WIB