Jakarta (ANTARA) - Tanggal 21 Oktober 1818, Gunung Guntur meletus. Letusan gunung yang berada di Kabupaten Garut itu menarik perhatian Caspar Georg Karl Reindwart, perintis Kebun Raya Bogor.
Sepekan sesudah letusan, Reinwardt memberanikan diri menapaki Gunung Guntur. Sayangnya, keberadaan sisa lahar panas dan material letusan memaksa penjelajahannya berakhir singkat.
Rasa penasaran yang mendiami Reinwardt, mendorongnya kembali mencoba menjelajahi Gunung Guntur setahun kemudian.
Kali ini ia merencanakan perjalanan yang lebih panjang sebelum mencapai Gunung Guntur. Reinwardt juga menyusuri sejumlah wilayah seperti Tjisondarie (Cisondari), Banjaran, Tjiparay (Ciparay), Manabaya, Tjimanganten (Cimanganten), hingga Limbangan.
Dari wilayah yang dia kunjungi, Reindwardt menapaki sejumlah gunung seperti Patuha, Tambak Ruyung, Tiloe (Gunung Tilu), Malabar, Sumbong, Gadjah, Talaga Bodas, hingga kembali ke Gunung Guntur.
Baca juga: Populasi badak Jawa di Ujung Kulon dan elang Jawa di TMII bertambah
Selain menemukan flora yang langka dan endemik, Reindwardt juga mendapati sejumlah hewan termasuk badak yang menghuni gunung-gunung yang pernah disinggahinya.
Cerita perjalanan Reinwardt yang diterbitkan Bataviasche Courant pada 25 September 1819 itu menjadi bukti bahwa badak jawa, hewan yang disebut Unicorn oleh penjelajah asal Italia Marco Polo itu sebenarnya pernah tersebar di sejumlah pegunungan Jawa Barat.