Diskusi yang dihadiri Wakil Ketua BPET-MUI, Dr. K.H. Muslih Nasuha; Ketua Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI, M. Syauqillah, Ph.D.; dan Lead Researcher of Terrorism and Political Violence Galatea Thinktank, Ulta Levenia, tersebut membahas upaya membendung munculnya paham radikalisme.
Menurut Syauqillah, semua organisasi teror di Indonesia memiliki akar yang sama meski diekspresikan dengan cara berbeda. Berbagai organisasi sebetulnya memiliki ideologi yang sama, yaitu membentuk pemerintahan khilafah atau daulah. Kesamaan tujuan ini membuat anggota organisasi tertentu mudah berpindah ke antar-organisasi serupa.
Tumbuhnya organisasi radikal di Indonesia disebabkan adanya pemahaman yang keliru atas ajaran agama. Dalam Islam, misalnya, dasar-dasarnya jelas merujuk ke Al-Quran dan Hadits. Namun, ketika penyampaiannya salah, pemahaman aturannya pun bisa keliru, katanya.
Proses penyampaian ajaran agama membutuhkan budaya agar mudah dimengerti masyarakat. Kepiawaian ustadz, kiai, dan ulama juga ditantang agar pesan yang disampaikan dipahami dengan tepat, ujarnya.
Baca juga: 15 Lembaga kemahasiswaan UI dan ILUNI bagikan 2.700 paket sembako
UI dan MUI diskusi cegah tangkal radikalisme dengan kearifan lokal
Jumat, 29 April 2022 12:45 WIB