Selain beraktivitas sebagai pemuka agama dan pemimpin pesantren, ia juga berprofesi sebagai wirausahawan. Mama Cibogo banyak menulis, produksi, dan menjual berbagai kitab saat hendak mendirikan pesantren. Ia juga memproduksi berbagai kebutuhan masyarakat seperti kecap dan jamu yang uang hasil jualannya digunakan untuk membiayai pesantren.
Mama Cibogo wafat pada usia 63 tahun, tepatnya 26 Muharram 1395 atau 7 Februari 1975 dengan meninggalkan 40 anak serta empat istri. Jenazahnya disalatkan langsung oleh KH Noer Ali. Kini di Kabupaten Bekasi dikenal memiliki dua patok. Di sebelah utara ada KH Noer Ali dan selatan ada Mama Cibogo.
Karya Mama Cibogo
Mama Cibogo punya kebiasaan menukil kitab. Sebanyak 63 kitab yang ia tulis lantaran rajin membaca karya ulama terdahulu dan kemudian ditukil untuk menjadi referensi. Ia banyak menulis kitab dengan aksara Arab berbahasa Sunda.
Beberapa hasil karya tulisannya adalah Hikayat al-Mutaqaddimin, Kasyf al-Humum wal Ghumum, Majmu'at Da'wat, Risalah Zakat, Syair Qiyamat, Risalah Syurb ad-Dukhan, I'aanatur Rofiiq Fii Tarjami Sullamuttaufiiq, dan Mahasinul Khutbah.
Kemudian Assiraajul Wahhaj Fii Tarjamati Qisshatul Mi'raaj, Taursiiqul Abdi Fii Tarjamati Jauharotittauhiidi, Al-Athiyyatul Haniyyah, Taisiirul Awaam Fii Fiqil Islam, At-Aisiir Fil Auqaat Walqiblati, hingga penerbitan Almanak menurut hidab Hilal Qoth'i.
Kitab yang dia lahirkan bahkan menjadi referensi umum untuk mempelajari ilmu falaq dan astronomi. Tidak hanya di Indonesia, kitabnya digunakan juga oleh para mahasiswa di Asia Tenggara hingga Timur Tengah.
Dari semua pelajaran ilmu agama yang sudah didalami, Ilmu Falak menjadi ciri khasnya. Kevalidan datanya dalam memprediksi sesuatu sudah diakui oleh ulama-ulama lain.
Mama Cibogo, laskar pejuang 'yang terlupakan' dari Bekasi
Senin, 21 Februari 2022 11:25 WIB