Pelatihan Laskar Hizbullah digagas Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang saat itu dinahkodai KH Hasyim Asy'ari. Pelatihan dimulai 28 Februari 1945, diikuti sekitar 500 orang santri dan pemuda. Setiap pesantren se- Jawa dan Madura mengirim lima orang utusan untuk mengikuti pelatihan.
Dipilihnya Pondok Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat sebagai tempat pelatihan bukan tanpa alasan. Selain lokasinya yang strategis karena dekat pusat pemerintahan militer Jepang, sosok Mama Cibogo secara emosional juga dekat dengan KH Hasyim Asy'ari.
Mama Cibogo merupakan santri di Pesantren Tebuireng, Jawa Timur yang diasuh langsung KH Hasyim Asy'ari pada 1936. Ia juga teman sejawat dari KH Wahid Hasyim, putra Pendiri Nahdlatul Ulama itu.
"Selain menggembleng fisik, Mama Cibogo juga ditugaskan langsung oleh Mbah Hasyim untuk membina mental dan menempa spirit perjuangan para laskar," kata KH Jamaluddin.
Selain berlatih perang, laskar ini juga dilatih bahan peledak serta mengaji di malam hari bersama ulama dan setelah tiga bulan menjalani pelatihan, mereka diperkenankan kembali ke daerah masing-masing untuk membuat pelatihan serupa. Mereka ditugaskan melatih milisi di daerah asal.
Laskar Hizbullah diterjunkan ke berbagai medan pertempuran seperti di Surabaya saat perang 10 November 1945. Di bawah komando Bung Tomo, Surabaya menjadi daerah terbanyak alumni pelatihan dari pesantren Cibogo, Kecamatan Cibarusah.
