Jakarta (ANTARA) - Taiwan semakin terisolasi di pentas politik internasional, menyusul keputusan Nikaragua untuk mengalihkan kesetiaan dan pengakuan kepada China. Keputusan mengakui Kebijakan Satu China tersebut secara resmi dinyatakan oleh Nikaragua dalam sebuah komunike yang ditandatangani di Kota Tianjin, China pada 9 Desember 2021 lalu.
Keputusan tersebut tentu saja membuat Taiwan terpukul dan semakin terkucil di pentas politik dunia, dan sebaliknya disambut gembira China yang semakin di atas angin, terutama dalam persaingan dengan Amerika Serikat untuk memperebutkan pengaruh di kawasan Amerika Tengah.
Putusnya hubungan diplomatik dengan Nikaragua, menjadikan pendukung resmi Taiwan semakin menyusut menjadi hanya 14 negara. Itu pun hanya negara-negara kecil yang pada dasarnya tidak punya kekuatan apa-apa, terutama dalam masalah ekonomi.
Ke-14 negara yang masih bertahan mengakui dan memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan adalah Guatemala, Honduras, Haiti, Paraguay, Eswatini, Tuvalu, Nauru, Saint Vincent dan Grenadines, Saint Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Belize, Kepulauan Marshall, Palau dan Vatikan.
Dari 14 negara tersebut, hanya Guatemala, Haiti dan Honduras yang memiliki populasi terbesar, masing-masing 16,86 juta, 11,4 juta dan 9,9 juta. Malahan dua di antaranya tercatat sebagai negara dengan populasi terkecil di dunia, yaitu Vatikan (825 orang) dan Nauru (10.824 orang), sementara delapan negara lainnya kalau digabung hanya memiliki populasi 709 ribu jiwa.
Kalau ditotal, populasi 14 negara tersebut, meski berdaulat secara politik dan diakui oleh dunia internasional, hanya sekitar 47 juta jiwa yang tersebar di kawasan Karibia, Samudera Pasifik dan Afrika.
Taiwan pun menyambut keputusan Nikaragua dengan penuh penyesalan dan sakit hati. Presiden Daniel Ortega dinilai telah mengabaikan persahabatan antara rakyat Taiwan dan Nikaragua.