Jakarta (ANTARA) - KBRI Canberra merayakan Hari Angklung yang jatuh pada 16 November dengan mengajak serta para guru sekolah, pelajar, dan mahasiswa di Ibu Kota Australia itu mengenal budaya Sunda.
Acara Sundanese Day yang diselenggarakan pada Selasa (16/11), diisi dengan penampilan tari Bajidor Kahot yang dibawakan oleh kelompok penari Borobudur Dance, menonton film mengenai budaya Sunda, lokakarya angklung, dan diakhiri dengan menikmati makanan Sunda bersama.
“Indonesia sangat kaya akan budaya, kami memiliki ratusan etnis dengan budaya dan bahasa daerah yang sangat beragam. Sunda adalah salah satu suku dari ratusan suku yang ada di Indonesia,” kata Wakil Duta Besar RI untuk Australia Mohammad Syarif Alatas dalam keterangan tertulis KBRI Canberra, Rabu.
Syarif berharap acara budaya tersebut bisa memperkuat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan Australia.
Sementara Atase Pendidikan dan Budaya RI di Canberra Mukhamad Najib mengatakan bahwa kegiatan itu sengaja diselenggarakan untuk memperkenalkan budaya Sunda kepada guru-guru di Canberra.
“Selama ini umumnya guru dan siswa di Australia sangat mengenal Bali dan Yogyakarta, padahal Indonesia sangat luas dan sangat kaya akan ragam budaya, oleh karena itu sangat penting untuk mengenalkan budaya-budaya lain seperti budaya Sunda kepada pada guru dan siswa,” ujar dia.
Ke depannya, KBRI Canberra akan secara rutin mengenalkan budaya dari seluruh provinsi di Indonesia kepada masyarakat Australia.
"Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan budayanya sendiri-sendiri yang menarik dan patut dikenalkan pada masyarakat dunia, oleh karena itu kami akan berusaha mengekspos semua itu kepada masyarakat Australia, agar mereka mengenal lebih banyak tentang budaya Indonesia dari masing-masing suku yang ada,” kata Najib.
Para peserta yang berpartisipasi dalam Sundanese Day menunjukkan antusiasme mereka untuk mengenal budaya Sunda.
Margo Smith, seorang guru di Saint Clair Primary School, mengatakan bahwa dirinya tertarik untuk mempelajari lebih banyak lagi budaya Indonesia.
Budaya Sunda menurut dia termasuk hal yang baru, meskipun dia mengaku sudah mengetahui angklung sejak lama, tetapi baru kali ini memainkannya secara langsung dan bersama-sama menyelesaikan satu lagu.
“Tolong undang saya lagi pada acara-acara berikutnya, saya akan senang sekali untuk datang karena saya senang belajar lebih banyak tentang budaya Indonesia,” tutur Smith.
Sementara Zack, dari Australia Indonesia Youth Association, mengatakan sangat senang dengan acara yang disebutnya bisa semakin memperkaya wawasannya tentang Indonesia.
"Saya pikir kegiatan ini perlu dilanjutkan agar warga Australia, terutama anak-anak muda Australia, semakin mengenal dan merasa dekat dengan Indonesia,” kata Zack.
Dalam acara tersebut, selain menikmati makanan Sunda seperti soto mie Bogor dan batagor Bandung, para guru diajak memainkan angklung bersama.
Dengan dipandu oleh instruktur angklung KBRI Canberra Rubby Alburhani, para guru belajar mengenal nada dalam angklung dan bersama-sama memainkan lagu-lagu sederhana yang mereka kenal.
Pada akhir acara, para peserta memainkan angklung sambil bernyanyi bersama lagu "Falling in Love" yang dipimpin oleh Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Canberra Ghofar Ismail.
Alat musik tradisional Sunda, angklung, telah ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia oleh UNESCO pada 16 November 2010. Sejak saat itu, tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia.
Baca juga: KBRI Tokyo perkenalkan angklung kayu pertama di dunia
Baca juga: Musik kreatif angklung khas Jabar disebut mampu memotivasi untuk berkarya