Depok (ANTARA) - Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) meluncurkan LupusKu, aplikasi seluler untuk meningkatkan kepatuhan terapi anak yang berjuang melawan penyakit Lupus.
Dokter Spesialis Ahli Alergi Imunologi FKUI, dr. Dina Muktiarti, Sp.A (K) dalam keterangan tertulisnya, Kamis, mengatakan kepatuhan terhadap pengobatan penting dilakukan untuk mengetahui gambaran terkini kondisi pasien.
"Aplikasi yang dikembangkan oleh Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM ini bertujuan untuk pemberdayaan pasien melalui program edukasi, pencatatan gejala, dan pengobatan secara mandiri," katanya.
Aplikasi ini memiliki lima fitur utama, yaitu Catatan Gejala Harian, PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari.
Lupus adalah penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai usia, termasuk anak dan remaja.
"Hal-hal tersebut membuat kami terinspirasi untuk membuat aplikasi ini supaya adik-adik dan keluarga dapat mengenali penyakit Lupus itu seperti apa, gejala atau respons dari pengobatannya sendiri seperti apa," ujarnya pada peluncuran aplikasi yang diadakan secara daring melalui Zoom dan kanal Youtube PKB IKA FKUI RSCM.
Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dr. Nia Kurniati, Sp.A(K), M.Sc mengatakan bahwa penyakit ini menyebabkan sistem imun tubuh tidak bekerja seperti seharusnya.
Antibodi yang seharusnya menjaga kesehatan tubuh, justru berbalik menyerang tubuh sehingga terjadi peradangan atau inflamasi pada berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, darah dan sistem saraf.
"Yang harus diingat adalah bahwa penyakit Lupus itu tidak menular dan tidak diketahui secara spesifik penyebabnya sampai saat ini," ujar dr. Nia.
Perlu kontrol aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan organ sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Tidak jarang terdapat hambatan dalam proses pengobatan seperti kebiasaan pasien yang tidak meminum obat secara rutin. Untuk tujuan pengawasan inilah aplikasi LupusKu dibuat.
Untuk mempergunakan fitur di aplikasi LupusKu, pengguna harus memasukkan data dirinya seperti nama, tanggal lahir, berat dan panjang lahir, serta tanggal diagnosis. Pada fitur Catatan Gejala Harian, anak maupun orang tua dapat mencatat setiap keluhan yang dirasakan secara mandiri untuk kemudian nantinya data tersebut akan diolah oleh aplikasi untuk melakukan pemantauan keadaan pasien.
Melalui data tersebut, aplikasi akan memunculkan notifikasi pengingat hal-hal yang harus dilakukan pasien seperti jadwal kontrol ke dokter, atau notifikasi peringatan untuk segera melakukan pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat.
Dalam mencatat perjalanan terapi, pengguna dapat memilih fitur PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari. Pada fitur PertumbuhanKu, pengguna dapat mencatat berat badan dan tinggi badan setiap melakukan pengukuran.
Selanjutnya, pengguna dapat mencatat semua hasil pemeriksaan dalam fitur PemeriksaanKu. Dalam fitur ini, pengguna dapat memasukkan hasil pemeriksaan darah, urine, rontgen, jantung, tulang , dan lainnya.
Fitur Pelajari dalam aplikasi ini adalah bentuk ruang edukasi bagi pengguna untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai penyakit Lupus. Untuk saat ini, aplikasi ini baru tersedia di Google Play Store untuk perangkat berbasis Android dan kedepannya akan tersedia di App Store dan PrimaKu.
Hingga saat ini penyakit Lupus belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan hanyalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan potensi untuk tetap hidup.
Penggunaan teknologi seperti aplikasi LupusKu dapat menolong penderita Lupus untuk dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal dalam menghadapi penyakitnya.
Baca juga: FKUI cetak rekor MURI penyumbang narasumber terbanyak dalam program RRI
Baca juga: Aplikasi "Paruku" karya mahasiswa UI raih "People's Choice Award"
Baca juga: Pakar FKUI: Kasus COVID-19 telah menurun separuhnya dari angka puncak