Indramayu (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyebutkan pernikahan dini dan bekerja di luar negeri, menjadi salah satu faktor tingginya angka stunting atau gagal trumbuh/kerdill pada balita di daerah tersebut.
"Banyaknya pernikahan dini terutama pada remaja putri di Kabupaten Indramayu juga menjadi penyebab tingginya stunting," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Deden Boni Koswara di Indramayu, Selasa.
Deden mengatakan, stunting di Kabupaten Indramayu, menjadi salah satu yang tertinggi di Jawa Barat, di mana data terakhir dari 125 ribu anak, 41 ribu di antaranya mengalami stunting.
Menurutnya banyak faktor yang menjadikan anak itu mengalami stunting, di antaranya pernikahan dini, karena pada usia di bawah 16 tahun, banyak yang belum mengetahui secara tepat untuk merawat kehamilannya.
Faktor lainnya yaitu, banyak anak yang harus berganti asuhan, karena orang tuanya pergi merantau ke luar negeri, sehingga gizi yang seharusnya tercukupi tidak bisa didapatkan.
"Kemungkinan lainnya, karena pemberian makanan pada bayi dan anak yang juga kurang baik, karena mereka ibu di Indramayu) banyak pergi jadi pekerja migran," katanya.
Deden menambahkan untuk di Kabupaten Indramayu, ada beberapa kecamatan yang angka stuntingnya tinggi, seperti Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur, dan Kertasemaya.
"Yang tinggi itu ada di Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur dan juga di Kertasemaya," ujarnya.
Menurutnya stunting ini bisa berdampak pada tidak maksimalnya perkembangan sel saraf anak. Sehingga kualitas SDM si anak kurang baik perkembangan.
Baca juga: Dinkes Indramayu ajak warga hidup sehat cegah stunting
Baca juga: Bupati Indramayu: Olahan ikan bisa penuhi gizi dan cegah kekerdilan
Baca juga: Indramayu fokus pendampingan ibu hamil untuk turunkan stunting
Pernikahan dini jadi faktor tingginya "stunting" di Indramayu
Selasa, 12 Oktober 2021 21:41 WIB