Depok (ANTARA) - Program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Vokasi Universitas Indonesia bersama FactChecker UI dan SMAN 21 Jakarta melatih keterampilan mengecek fakta dan berita untuk hidup sehat tanpa hoaks.
"Kegiatan ini semakin dibutuhkan semenjak pandemi, karena masyarakat harus hidup di “dua alam”, yaitu offline dan online," kata Dosen Pengabdi dari Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati, Ahad.
Data Kominfo menunjukkan dalam periode Agustus 2018 hingga 30 September 2021, terdapat 9.025 hoaks, dimana yang tertinggi ialah hoaks kategori Kesehatan sebanyak 1.893; pemerintahan sebanyak 1.176; disusul politik sebanyak 1.265 isu.
Temuan isu seputar COVID-19 sendiri sejak Januari hingga 4 Oktober 2021 terdapat 1.929 isu, dimana Facebook menjadi media sosial tertinggi penyebaran hoaks, diikuti oleh Instagram dan Twitter.
"Penyebaran hoaks tidak dapat diabaikan, mengingat sedikitnya ada tiga dampak dari hoaks yaitu 3K, kerusuhan sosial, konflik politik dan kerugian ekonomi," katanya.
Sebagai contoh, Kejadian penyerangan di Yahukimo, Papua belakangan ini, disebabkan hoaks di Jakarta; Pada tahun 2019, hoaks politik telah menewaskan 8 orang meninggal dalam kerusuhan 22 Mei, yang melibatkan lebih dari 400 pelaku kerusuhan; sedangkan hoaks perekonomian, yaitu investasi bodong yang disebarkan via daring.
"Data OJK terbukti telah merugikan keuangan masyarakat lebih dari Rp100 Triliun, dalam periode tahun 2011 – 2020," kata Devie Rahmawati, yang juga Pembina Komunitas Mahasiswa Fact Checker UI.
Pengabdi dari Vokasi Administrasi Perkantoran Vokasi UI Mila Viendyasari mengatakan di sinilah kami menilai diperlukan kemampuan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi informasi yang diterima apakah dapat dipertanggungjawabkan atau hoaks.
"Anak-anak muda, menjadi sasaran yang strategis, karena mereka memiliki kemampuan digital yang terkini, sehingga akan lebih mudah untuk mentransfer tambahan ilmu mengenai cek fakta dan berita," ujarnya.
Bermodalkan berbagai prestasi, diantaranya Lomba Periksa Fakta Nasional oleh Mafindo 2021, dimana Fact Checker UI meraih Juara Pertama kategori Mahasiswa, Fact Checker UI ingin sekali lebih banyak masyarakat yang mampu menguasai teknis cek fakta.
Komunitas Fact Checker UI yang dipimpin Nita Loviana ini, terlatih untuk memeriksa fakta yang benar, mulai dari memahami cara menggunakan tools (alat atau perangkat), cara mengidentifikasi suatu sumber atau situs yang ada di internet, cara menulis artikel periksa fakta, dan bisa memanajemen waktu dengan baik.
Fact Checker UI lainnya, Yuli dan Aulia mengatakan dibutuhkan keuletan dan kesabaran serta keinginan untuk membersihkan ruang digital dari toxic hoaks, melalui pelatihan cek fakta sederhana.
Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui Zoom dan Youtube, yang menghadirkan pengabdi Devie Rahmawati, Pengajar Tetap Vokasi UI; Mila Viendyasari, Pengajar Tetap Vokasi UI; Yulistiana Prasetya, Nabila Aulia (Komunitas Mahasiswa Fact Checker UI.
Lalu, Dessy Ilsanti, Psikolog; Niyata Sirat, Kepala Sekolah SMAN 21. Kegiatan yang bertajuk, Smart Living, Health Living : Hidup Sehat Tanpa Hoax ini dihadiri lebih dari 500 peserta secara daring.
Baca juga: Fitur-fitur WhatsApp bantu kenali hoaks, apa saja?
Baca juga: Hoaks pengaruhi ketahanan digital nasional, ini faktanya
Baca juga: Isu radikalisme dan hoaks dapat pecah persatuan bangsa, kata Ma'ruf Amin
Universitas Indonesia latih siswa SMA hidup sehat tanpa hoaks
Minggu, 10 Oktober 2021 15:37 WIB