Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo meminta mahasiswa tidak lagi dipagari oleh program-program studi di universitas.
"Jangan mahasiswa dipagari oleh terlalu banyak program studi di fakultas. Ini saya kira sudah berkali-kali saya sampaikan. Akan tetapi, akan saya ulang terus," kata Presiden Jokowi di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Senin (13/9).
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada Pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia yang baru ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden pada hari Selasa (14/90.
"Kita tahu bahwa revolusi industri 4.0, disrupsi teknologi, pandemi ini mempercepat gelombang besar perubahan dunia. Gelombang besar perubahan dunia," kata Presiden.
Hal tersebut menciptakan ketidakpastian sehingga untuk meresponsnya Presiden Jokowi meminta institusi pendidikan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan talentanya.
"Mengubah pola-pola lama yang memang itu sudah saatnya untuk kita tinggal. Sekali lagi, fasilitasi mahasiswa sebesar-besarnya untuk mengembangkan talentanya yang belum tentu sesuai dengan pilihan program studi, jurusan, maupun fakultas," kata Presiden.
Menurut Presiden Jokowi, pilihan program studi, jurusan, dan fakultas tidak selalu berdasarkan pada talenta.
"Ketidakcocokan itu kadang-kadang terasa saat kuliah karena yang kita tahu orang bisa berkarier yang jauh dari ilmu di ijazahnya yang sering saya berikan untuk contoh itu Pak Budi Gunadi Sadikin," ungkap Presiden.
Presiden RI Jokowi menyebut bahwa Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin adalah lulusan teknik fisika nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Pak Budi Gunadi kerjanya di bank, banking, Akan tetapi nyatanya juga bisa melesat sampai menduduki tangga paling puncak Direktur Utama Bank Mandiri. Melompat lagi jadi Menteri Kesehatan. Menurut saya, sejak S-1 itu mestinya bakat-bakat itu difasilitasi," ucap Presiden.
Presiden menyebutkan alasan perguruan tinggi memfasilitasi tersebut adalah karena semua proses belajar-mengajar di perguruan tinggi akan menjadi hybrid.
"Semuanya nantinya akan hybrid karena tadi ketidakpastian global dan karena perubahan dunia yang begitu sangat cepatnya," ungkap Presiden.
Presiden Jokowi pun mengatakan bahwa mahasiswa saat ini harus paham berbagai bidang.
"Paham matematika, paham statistika, paham komputer, paham ilmu komputer, paham bahasa, dan bahasa itu bukan bahasa Inggris saja. Ke depan bahasa coding, hati-hati mengenai ini. Perubahan ini sangat cepat sekali karena pandemi, lebih cepat lagi karena pandemi," kata Presiden.
Dengan fasilitasi dari perguruan tinggi, Presiden Jokowi mengatakan bahwa mahasiswa pun tidak perlu pindah prodi, pindah jurusan, atau pindah fakultas.
"Tidak perlu pindah untuk mengejar yang tidak pas tadi, tetapi berilah kesempatan mahasiswa untuk mengambil kuliah sesuai dengan talentanya. Ini yang harus kita fasilitasi, perbanyak mata kuliah pilihan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus," kata Presiden menegaskan.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Sebelas Maret selaku Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Presiden Jokowi: Perguruan tinggi dapat bawa adaptasi masuki transisi disrupsi
Baca juga: Presiden Jokowi tetapkan PP tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Presiden minta mahasiswa tidak dipagari program studi
Selasa, 14 September 2021 19:32 WIB