Cianjur (ANTARA) - Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, meningkatkan pelaksanaan program kader dan posyandu di seluruh wilayah untuk menekan angka balita penderita gizi buruk di wilayah tersebut.
Sebagian besar kasus gizi buruk di daerah itu akibat minimnya pengetahuan orang tua dalam pemenuhan gizi untuk anak.
"Rentang waktu 2019 hingga 2021, tercatat ada 289 balita mengalami gizi buruk di berbagai wilayah di Cianjur. Minimnya pengetahuan pemenuhan gizi anak dan penyakit penyerta menjadi penyebab utama masih adanya gizi buruk di Cianjur," kata Kepala Dinkes Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy di Cianjur, Kamis.
Pihaknya merinci selama tahun 2019, terdapat 93 balita mengalami gizi buruk dan angkanya kembali meningkat pada tahun 2020 yang mencapai 153 balita penderita gizi buruk. Sedangkan sepanjan tahun 2021, tedapat 43 orang balita penderita gizi buruk.
Peningkatan angka yang cukup tinggi terjadi setahun yang lalu, tepatnya saat pandemi melanda seluruh dunia, dimana pelayanan kesehatan untuk masyarakat banyak yang dibatasi sesuai dengan prokes sebagi upaya memutus rantai penyebaran virus berbahaya.
"Tapi hasil yang ditemukan di lapangan, tingginya balita penderita gizi buruk, akibat minimnya pengetahuan orang tua terkait pemenuhan gizi untuk anak, dimana kasus terbanyak ditemukan di wilayah selatan dan perkotaan," katanya.
Ditambah lagi, ungkap dia, balita gizi buruk di Cianjur mengindap penyakit penyerta seperti TBC dan hepatitis, sehingga membuat asupan gizi di dalam tubuh anak berfokus pada penyakit yang diderita. Dampaknya ke tubuh lain jadi kekurangan gizi, termasuk yang dialami balita di Kecamatan Arabinta.
Sehingga untuk menekan angka gizi buruk di wilayah tersebut, pihaknya lebih meningkatkan program untuk kader dan posyandu di seluruh wilayah, guna memantau kondisi setiap balita di Cianjur. Saat terdapat balita dengan gizi yang menurun dapat langsung ditangani.
"Kami instruksikan petugas puskesmas dan kader posyandu untuk memantau kondisi setiap balita yang ada di wilayahnya masing-masing. Kalau ada balita yang menunjukan gejala gizi buruk, langsung ditangani di puskesmas atau di rujuk langsung ke rumah sakit," katanya.
Bahkan tambah dia, kader posyandu diminta untuk lebih mengencarkan sosialisasi dan edukasi bagi orang tua balita, terkait pemenuhan gizi yang harus diberikan, sebagai upaya menghindari balita mengalami gizi buruk, termasuk pengetahuan tentang penyakit penyerta.
Baca juga: Pemkab Cianjur jamin biaya keluarga pasien gizi buruk Muhammad Bayu
Baca juga: Dinkes Cianjur catat tingkat kesembuhan mencapai 80 persen