Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyampaikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya mengantisipasi kenaikan harga daging sapi menjelang Ramadan, meskipun kenaikan tersebut diprediksi tak bisa dihindari.
“Saya ingin utarakan bahwa harga ini akan naik. Tapi, mudah-mudahan persiapan yang dilakukan oleh Kemendag, kenaikan itu bisa lebih dijangkau karena memang situasi dunia yang tidak menentu,” kata Mendag M Lutfi saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Senin.
Mendag Lutfi memaparkan Indonesia merupakan pengimpor terbesar daging sapi dari Australia, sehingga secara struktur hukum RI hanya bisa mengimpor daging sapi dari Australia. Negeri kanguru tersebut juga disebut Kemendag sebagai pemasok andal untuk mengekspor sapi dan dagingnya.
Ketika terjadi kebakaran hutan pada 2019, maka struktur stok sapi mereka berubah, yang juga memengaruhi struktur ekspor daging sapinya. Akibatnya, harga sapi di Australia melonjak.
“Karena harganya tinggi di Australia, maka sampai Indonesia juga jadi tinggi,” tukas Mendag Lutfi.
Untuk itu, Kemendag mengantisipasinya dengan melakukan subtitusi daripada permintaan sapi hidup dan daging sapi.
Menurut Mendag Lutfi, yang sudah diputuskan dan sudah diimpor saat ini adalah impor daging kerbau dari India yang jumlahnya 80.000 ton, yang kemudian Kemendag diberikan tugas oleh Kementerian BUMN untuk menugaskan Perum Bulog guna melakukan impor. Sedangkan 20.000 daging dari Brazil diperintahkan untuk PT Berdikari.
Selain itu Mendag Lutfi menyampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag akan memobilisasi ketersediaan daging sapi nasional, terutama di Kalimantan Barat dan Jawa Timur.
Mendag berharap upaya tersebut dapat menekan lonjakan harga daging sapi yang mungkin terjadi menjelang Ramadan.
Baca juga: BUMD Agro Jabar kembangkan bisnis daging sapi dan budidaya udang
Baca juga: Kenaikan harga daging tidak pengaruhi aktivitas RPH Kabupaten Bandung
Baca juga: Dispangtan pastikan stok daging sapi di Bandung aman