Jakarta (ANTARA) - Ketika seluruh energi tercurah pada penanganan COVID-19, masyarakat seperti teralihkan pada bahaya dan ancaman penyakit degeneratif di masa pandemi ini.
Faktanya memang bed occupancy rate (BOR) yang makin rendah di banyak rumah sakit di Tanah Air disebabkan karena semakin melonjaknya jumlah penderita COVID-19 yang jelas menjadi ancaman lain bagi mereka yang mengidap penyakit degeneratif.
Oleh karena itu, semua pihak harus diingatkan kembali untuk tetap waspada terhadap ancaman penyakit degeneratif yang justru potensinya semakin meningkat di masa pandemi.
Penyakit degeneratif umumnya terjadi karena adanya perubahan pada sel-sel tubuh yang akhirnya mempengaruhi fungsi organ secara menyeluruh. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh proses penuaan.
Salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita adalah hipertensi yang gejala umumnya disebut tekanan darah tinggi.
Penyakit ini pada dasarnya dapat dihilangkan. Syaratnya adalah sejak usia remaja mulai dibiasakan memeriksakan diri terhadap tekanan darah pada tubuh, termasuk membiasakan asupan pola gizi sehat dan olahraga teratur.
Sebagaimana disampaikan dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospitals Silampari Lubuklinggau Sumsel, dr Sartika Sadikin, Sp. PD., yang menyatakan jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak dapat diobati maka hipertensi dapat menyebabkan stroke, gagal jantung, hingga penyakit pada ginjal.
Jadi, kuncinya adalah membiasakan deteksi dini secara rutin sejak usia remaja misalnya mulai usia 18 tahun karena pada usia tersebut, mulai beragam aneka makanan yang dikonsumsi.
Untuk mencegah tekanan darah yang terlalu tinggi itu, maka pemeriksaan tekanan darah menjadi sesuatu yang wajib, baik secara mandiri atau dengan datang ke dokter.
Dengan banyaknya peralatan tekanan darah digital yang harganya makin terjangkau maka menjadi solusi bagi keluarga untuk mengecek secara rutin seluruh anggota keluarganya. Apalagi saat ini makin banyak anak muda yang sudah mulai terkena tekanan darah tinggi.
Mengancam Nyawa
Hipertensi jangan sekali-kali dianggap remeh. Sartika Sadikin mengatakan, hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah pada ukuran 140/90 mmHg atau lebih. Dan dianggap sudah tidak wajar jika tekanan di atas 180/120.
Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan timbulnya beragam penyakit yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke.
Dokter yang berpraktik tetap di Siloam Hospitals Silampari ini melanjutkan dalam beberapa situasi, sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah tubuh, ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam "menegakkan" atau mengukur tekanan darah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu sekitar 5-10 menit dari aktivitas seperti naik tangga, berjalan, dan lain-lain.
Selanjutnya, hindari sebisa mungkin untuk mengkonsumsi kopi, alkohol, berhenti merokok selama 30 menit sebelum diukur tekanan darah, atau ragam aktivitas yang memicu denyut jantung.
Dengan melakukan sejumlah hal tersebut, ukuran tekanan darah dapat dilakukan guna mengetahui batas ideal.
Di tengah pandemi COVID-19, hipertensi harus mendapatkan perhatian lebih mengingat orang yang mengidapnya menjadi sosok komorbid yang apabila terinfeksi corona akan meningkatkan potensi risiko mortalitas.
Oleh karena itu alangkah lebih baiknya jika masyarakat diajak untuk mulai menerapkan upaya preventif atau pencegahan agar tidak mengalami hipertensi atau minimal menurunkan risiko terkena penyakit tersebut.
Kurangi Garam
Hipertensi bisa ditekan risikonya jika dilakukan deteksi dini sejak usia remaja mengingat saat ini telah terjadi pergeseran signifikan ketika orang-orang pada usia muda terkena penyakit hipertensi.
Di samping itu, hipertensi juga bisa dihindari dengan selalu mengonsumsi makanan yang rendah mengandung kadar garam tinggi sebagai yang utama dianjurkan. Adapun bagi pasien yang telah mengidap hipertensi, salah satu solusinya adalah mengkonsumsi obat penurun darah tinggi.
Konsumsi makanan berkadar garam tinggi adalah asupan yang menjadi penyebab utama hipertensi termasuk juga pada daging olahan, acar, gula, lemak jenuh, dan lainnya.
Masyarakat harus menyadari bahwa hipertensi juga berbahaya dan selama ini memiliki istilah ‘silent killer’ atau penyakit yang membunuh secara perlahan.
Disebut itu karena penderita hipertensi umumnya tidak mengalami gejala apa pun, sampai tekanan darahnya sudah terlalu tinggi dan mengancam nyawanya.
Pola Makan
Hal lainnya yang juga penting adalah menjalankan pola makan sehat dan rutin berolahraga.
Mulailah mengubah pola makan dengan kebiasaan baru yaitu lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat atau sayuran yang mampu menurunkan tekanan darah seperti bayam, kol, wortel dan seledri.
Bayam mengandung lutein yang mencegah penebalan dinding arteri, sehingga mengurangi risiko serangan jantung dan tekanan darah. Bayam juga mengandung nitrat meningkatkan fungsi endotel dan dapat secara akut menurunkan tingkat tekanan darah. Nitrat bayam juga dapat meringankan kekakuan arteri, yang dapat menyebabkan tingkat tekanan darah tinggi.
Kemudian kol merupakan sumber kalium, sebuah senyawa yang bertugas membantu mengatur tekanan darah dengan menangkal efek natrium atau garam dalam tubuh. Kalium membantu mengeluarkan kelebihan garam melalui urine.
Kalium juga dimiliki wortel sebagai makanan pencegah hipertensi, namun wortel juga mempunyai serat yang tinggi serat yang mampu mengurangi kadar lipoprotein densitas rendah, atau kolesterol "jahat" dalam darah.
Sementara seledri mengandung kumarin yang membantu menurunkan tekanan darah dan membantu keseimbangan air. Sudah banyak testimoni para penderita hipertensi soal jus seledri yang ampuh untuk menurunkan tekanan darah secara cepat.
Biasanya, penderita hipertensi dialami oleh orang yang sudah lanjut usia sehingga diperlukan jenis olahraga yang mudah dan aman untuk dilakukan para lansia. Tujuan olahraga adalah membuat otot jantung menjadi lebih kuat untuk memompa darah sehingga tekanan darah dalam tubuh pun dapat terkendali dengan baik.
Beberapa jenis olahraga untuk penderita hipertensi yang aman dan mudah dilakukan, antara lain, aktivitas senam sehat, jalan kaki dan bersepeda.
Senam secara rutin dengan rentang waktu 15 hingga 30 menit saja setiap hari sudah mampu melatih otot jantung dengan baik, tentunya diselingi dengan pemanasan dan pendinginan.
Jalan kaki sehat termasuk jenis olahraga untuk penderita hipertensi yang paling mudah dan aman, serta tidak membutuhkan peralatan tambahan. Beberapa penderita penyakit komplikasi biasanya juga berjalan di atas batu refleksi. Kejutan dari syarat di kaki bisa juga membantu memperbaiki syaraf jantung sehingga bisa bekerja secara optimal.
Aktivitas bersepeda yang mulai lagi marak saat awal pandemi menjadi salah satu hal positif untuk menjaga kebugaran tubuh sekaligus membakar lemak berlebih dalam tubuh. Sepeda santai merupakan kegiatan yang cukup mengasyikkan. Apalagi jika dilakukan bersama-sama dengan rekan maupun keluarga, tentunya akan lebih menyenangkan.
Ada juga olahraga dengan sepeda statis yang menjadi pilihan bagi orang yang masih takut tertular corona di luar rumah, misalnya karena wilayahnya sudah masuk zona merah penyebaran covid.
Di tengah masih tingginya penyebaran COVID-19 ini maka upaya menjaga penyakit degenerasi di setiap keluarga bisa menjadi solusi agar jumlah korban meninggal akibat virus corona bisa ditekan, apalagi saat ini semakin banyak kluster keluarga merebak di sejumlah daerah.
Menjaga kesehatan diri juga merupakan hal mutlak dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab pribadi dan komunal sekaligus bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Baca juga: Penyakit kulit misterius menginfeksi 500 lebih nelayan di Senegal
Baca juga: Lebih 400 orang India sakit tanpa diketahui penyebabnya
Baca juga: Dokter paru sebut COVID-19 adalah penyakit seribu wajah
Ancaman penyakit degeneratif di tengah wabah COVID-19
Senin, 18 Januari 2021 15:17 WIB