Cianjur (ANTARA) - Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, Jawa Barat, mendorong pemulihan ekonomi selama pandemi untuk pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah tersebut dengan mengulirkan progam bantuan modal bekerjasama dengan perbankan yang ada agar tetap berproduksi .
Kepala Diskoperindag Cianjur, Tohari Sastra di Cianjur Sabtu, mengatakan pihaknya berusaha mendorong dari sektor perbankan untuk memberikan program pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Ini sebagai bentuk upaya dinas untuk meringankan beban UMKM yang tidak terlalu terdampak selama pandemi. Melalui program kredit, pelaku usaha dapat melakukan pinjaman dengan berbagai kemudahan untuk menjaga kestabilan usaha mereka dengan bunga yang cukup rendah," kata Tohari.
Bahkan untuk pinjaman di bawah Rp10 juta, ungkap dia, pelak usaha kecil dan mikro tidak perlu memberi jaminan, sehingga kredit tersebut dapat digunakan sebagai tambahan modal untuk memenuhi pesanan dan meningkatkan produksi bagi pelaku UMKM di Cianjur yang terbagi dalam beberapa klaster ekonomi.
Pihaknya juga tengah menggenjot program untuk pemasaran dan peningkatan SDM tentang bagaimana strategi pemasaran ditengah pandemi, termasuk melakukan pemasaran melalui daring atau online, sehingga pelaku usaha tetap memiliki pasar yang tidak terbatas.
"Tidak hanya membantu kemudahan mendapat pinjaman, selama pandemi pelaku UMKM di Cianjur, tetap mendapat berbagai program pelatihan Kewirausahaan dari dinas, agar tetap bertahan dan memiliki pasar, meski sejumlah pembatasan aktifitas diberlakukan," katanya didampingi Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Diskoperindag Cianjur, Indra Sunggara .
Sementara perajin peci rajut di Desa Bunisari, Kecamatan Warungkondang, mengalami penurunan penjualan selama pandemi karena berbagai kegiatan keagamaan yang tidak diperbolehkan untuk digelar secara tatap muka atau besar-besaran seperti sebelum pandemi seperti kegiatan ibadah haji dan Maulid Nabi.
Namun dengan dibatasinya sejumlah kegiatan tersebut, membuat perajin peci rajut harus berinofasi dalam memasarkan hasil produksinya, kata Ketua Kelompok Perajin Rajut Peci, Suaebah. Meski sebelum pandemi perajin dapat menjual kurang lebih 80 sampai 100 lusin dalam seminggu.
"Untuk saat ini pemasaran tetap berjalan, namun dengan hasil yang tidak maksimal dibandingkan sebelum pandemi, saat ini, tingkat penjual perminggu masih mencapai 45 sampai 60 lusin dengan harga mulai dari Rp20 ribu sampai Rp50 ribu per buah, tidak sampai menurun tajam karena berbagai inofasi penjualan harus dilakukan termasuk melalui online," katanya.
Ia menjelaskan selama pandemi tidak membuat perajin patah arang, mereka harus kreatif dengan mengikuti perkembangan jaman termasuk mengunakan tehnologi dalam memasarkan produk, sehingga penjualan tetap ada selama pandemi yang banyak membatasi kegiatan keagamaan yang dinilai merupakan pasar besar bagi perajin.