Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan akan ada enam versi vaksin Merah Putih untuk penanganan COVID-19
"Karena menggunakan platform yang berbeda-beda otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual yang diadakan di Gedung Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Enam versi vaksin tersebut didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platofrm yang berbeda-beda, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung.
Vaksin yang dibuat Eijkman dengan platform subunit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50 persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan di November 2020.
LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.
Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles.
Institut Teknologi Bandung mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus, dan Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).
Menristek Bambang menuturkan pengembangan vaksin dengan berbagai platrom tersebut sebenarnya mirip dengan yang dilakukan oleh banyak pihak luar negeri seperti AstraZeneca yang menggunakan platform non-replicating viral vector, Moderna yang menggunakan platform RNA.
Sinovac dari China yang menggunakan platform inactivated virus, dan CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology yang menggunakan platform non-replicating viral vector.
"Tetapi yang paling penting produksi sama yaitu vaksin COVID-19," tutur Menristek Bambang.
Dia mengatakan perbedaan platform yang digunakan dalam pengembangan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 tergantung kepada teknologi yang dikuasai oleh masing-masing institusi atau peneliti.
"Saat ini enam institusi bekerja masing-masing tetapi pada intinya akhirnya mereka akan keluar dengan vaksin COVID-19 dan kita akan fasilitasi untuk produksinya," tuturnya.
Menristek Bambang mengatakan tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi adalah sampai kepada menghasilkan prototipe atau bibit vaksin COVID-19, kemudian pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut.
Bio Farma juga berencana akan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.
Baca juga: Menristek sebut Eijkman bersiap uji kandidat bibit vaksin COVID-19 di hewan
Baca juga: Vaksin Merah Putih diharapkan uji praklinik pada akhir 2020
Baca juga: Pemkot Bogor tunggu juknis vaksinasi COVID-19 dari pusat