Cara melepaskan masker bedah secara tepat, kata dokter
Rabu, 1 April 2020 11:27 WIB
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan mengatakan masyarakat umum kerap melupakan tata cara melepaskan masker bedah secara tepat, yakni dengan langsung menyentuh bagian permukaannya.
Ia menjelaskan melepaskan masker bedah setelah dipakai hanya dengan memegang bagian talinya saja tanpa menyentuh bagian permukaannya.
"Melepaskan masker ada caranya hanya memegang talinya jangan memegang maskernya," kata Erlina dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Prosedur ini kerap dilupakan masyarakat, karena partikel virus yang kemungkinan menempel di permukaan malah bakal terdistribusi ke tangan.
Baca juga: Dokter sebut masker kain kurang efektif cegah penularan COVID-19
Menurut dia, meski telah melepaskan masker, masyarakat juga jangan merasa telah aman dari ancaman virus. Mereka tetap diminta untuk langsung mencuci tangan sebagai bagian mempertebal proteksi.
"Jangan merasa aman setelah menggunakan masker, setelah melepaskan masker tetap harus mencuci tangan. Menggunakan masker bila batuk, kalau tidak ada lakukan etika batuk. Intinya pesan pencegahan pertama jaga jarak aman, stay at home, etika batuk jika bersin, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lakukan semuanya dengan disiplin," kata dia.
Baca juga: Cegah COVID-19, partai bagikan jamu hingga masker untuk masyarakat
Ia mengatakan masker bedah efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen. Namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker.
Apabila permukaan dalam masker sudah basah, maka wajib mengganti atau membuangnya dan itu hanya digunakan sekali pakai. Meski begitu, masyarakat yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memborong masker. Pasalnya, jika ketersediaan masker langka dan orang sakit tidak mendapatkan akses terhadapnya, maka dipastikan akan terus menjadi sumber penularan.
"Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua," katanya.
Baca juga: Bio Farma bantu masker dan hand sanitizer kepada Satgas Covid-19 Jabar Bergerak
Ia menjelaskan melepaskan masker bedah setelah dipakai hanya dengan memegang bagian talinya saja tanpa menyentuh bagian permukaannya.
"Melepaskan masker ada caranya hanya memegang talinya jangan memegang maskernya," kata Erlina dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Prosedur ini kerap dilupakan masyarakat, karena partikel virus yang kemungkinan menempel di permukaan malah bakal terdistribusi ke tangan.
Baca juga: Dokter sebut masker kain kurang efektif cegah penularan COVID-19
Menurut dia, meski telah melepaskan masker, masyarakat juga jangan merasa telah aman dari ancaman virus. Mereka tetap diminta untuk langsung mencuci tangan sebagai bagian mempertebal proteksi.
"Jangan merasa aman setelah menggunakan masker, setelah melepaskan masker tetap harus mencuci tangan. Menggunakan masker bila batuk, kalau tidak ada lakukan etika batuk. Intinya pesan pencegahan pertama jaga jarak aman, stay at home, etika batuk jika bersin, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lakukan semuanya dengan disiplin," kata dia.
Baca juga: Cegah COVID-19, partai bagikan jamu hingga masker untuk masyarakat
Ia mengatakan masker bedah efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen. Namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker.
Apabila permukaan dalam masker sudah basah, maka wajib mengganti atau membuangnya dan itu hanya digunakan sekali pakai. Meski begitu, masyarakat yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memborong masker. Pasalnya, jika ketersediaan masker langka dan orang sakit tidak mendapatkan akses terhadapnya, maka dipastikan akan terus menjadi sumber penularan.
"Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua," katanya.
Baca juga: Bio Farma bantu masker dan hand sanitizer kepada Satgas Covid-19 Jabar Bergerak