Bandung (Antaranews Jabar) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku prihatin dengan kasus minuman keras oplosan yang telah menelan korban jiwa mencapai 23 orang dari 58 pasien yang dirawat di dua rumah sakit di Cicalengka, Kabupaten Bandung.
"Yang pertama kita sangat prihatin dengan kejadian tersebut. Kita berharap ke depan tidak ada kejadian seperti itu lagi. Yang kedua kita mengajak semua pihak untuk peduli terhadap urusan seperti ini, kepada kepolisian dan pihak terkait mari kita petakan kecenderungan kejadian seperti ini terjadi," kata Ahmad Heryawan, yang biasa disapa dengan sebutan Aher, di Gedung Sate Bandung, Selasa.
Menurut dia, kasus miras oplosan hingga menelan korban jiwa biasanya sering ditemui di Kawasan Utara Jawa Barat namun saat ini terjadi di kawasan Sumedang, Garut dan saat ini melanda Kabupaten Bandung.
"Ini seperti merunut ya kejadiannya, tentu ini ke depan harus segera dicegah. Yang sudah ada dilokalisir yang belum ada kasus harus dicegah dan mari kita jaga bersama-sama. Kita ingin semua lembaga terlibat, keluarga juga harus menjadi garda terdepan dalam menjaga, mendidik dan merawat anak-anaknya," kata Aher.
Gubernur juga mengajak kepada seluruh sekolah di Jawa Barat untuk menyosialisasikan bahaya dari miras oplosan kepada anak didiknya. "Termasuk menyosialisasikan akan bahaya narkoba dan zat adiktif kepada murid-muridnya kemudian di saat yang sama di masyarakat harus gotong royong saling mengawasi anak," kata dia.
Direktur RSUD Cikopo Cicalengka Yani Sumpena di Bandung, kemarin, mengatakan hingga Senin sore ada 52 pasien mendapatkan penanganan medis setelah mengonsumsi minuman keras oplosan, 20 pasien di antaranya meninggal dunia.
"Pasien yang datang usianya mulai 19 sampai 52 tahun, dari 52 pasien, ada satu orang wanita meninggal," katanya.
Ia menuturkan, korban yang tercatat meninggal dunia di RSUD Cikopo Cicalengka sebanyak 19 orang dan satu orang sudah meninggal saat datang ke rumah sakit.
Dia menyampaikan, tiga pasien terpaksa harus dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung karena kondisinya membutuhkan penanganan medis lebih intensif, lima orang sudah diperbolehkan pulang dan 24 orang masih dirawat inap.
"Tiga (pasien) yang dirujuk ke RSHS, lima orang sudah pulang, dan rawat inap 24 (orang)," katanya.