Meski keju memang awalnya populer dari Eropa, pria yang rajin berkeliling dunia untuk mempromosikan keju Prancis itu mengatakan bukan berarti selera yang disukai di negara asalnya adalah rasa sempurna.
“Apa pun yang Anda suka, berarti itu lezat. Justru kami yang harus lebih beradaptasi lebih dari Anda,” kata dia dalam kampanye Europe Full of Character yang sudah memasuki tahun ketiga.
Keju adalah salah satu identitas gastronomi Eropa. Rasa dan jenisnya bervariasi, tergantung dari kombinasi antara iklim, tanah, juga keahlian pembuatnya. Aroma, tekstur, bentuk, dan juga rasanya berbeda-beda.
Dalam lokakarya di Jakarta, François menjelaskan bahwa keju bukan cuma bahan pangan. Keju adalah simbol budaya, keterampilan, dan kebanggaan dalam tradisi kuliner Prancis.
Di Prancis saja, ada lebih dari tiga ribu jenis keju. Ada beberapa yang diperkenalkan oleh François di Jakarta. Tak cuma itu, keju Prancis juga dikawinkan dengan hidangan dan minuman Indonesia, untuk membuktikan bahwa bahan makanan ini bisa memperkaya cita rasa rempah Asia.
Dalam kartun Tom and Jerry, keju digambarkan berwarna kuning agak pucat, berbentuk segitiga dengan lubang-lubang di permukaan. Keju seperti itu bernama Emmental. Permukaannya kering dan halus, rasanya memberikan sensasi mentega.
Tampilan keju yang diperkenalkan oleh penulis buku “Le Fromage pour les Nuls (Cheese for Dummies)” itu di Jakarta sedikit berbeda dari Emmental.
Di setiap meja, tersedia lima potongan keju yang berbeda warna dan bentuknya, serta lima minuman yang akan dipasangkan dalam sesi mencicip.
Uniknya, minuman yang dipilih punya cita khas Indonesia, mengandung rempah atau buah yang bisa ditemui di Tanah Air.
François menegaskan, meski keju dan anggur (wine) adalah pasangan kuliner klasik, tapi bukan berarti hanya minuman beralkohol yang cocok disesap bersama anggur.
“Tak perlu minum wine untuk makan keju. Anda bisa menggunakan mocktail, jadi tidak perlu minuman beralkohol,” ujar dia.
