Cirebon (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat menangani sebanyak 789 warga yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) sejak awal Januari hingga Agustus 2025 dengan dua pasien dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni di Cirebon, Rabu, mengatakan jumlah kasus tersebut lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1.833 kasus.
“Data terbaru sampai Agustus 2025 ini ada 789 pasien DBD yang dilaporkan, dua di antaranya meninggal. Tahun lalu pada minggu yang sama jumlahnya 1.833 kasus,” ujarnya.
Dia mengatakan seluruh pasien tersebut telah menjalani perawatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) maupun fasilitas kesehatan lainnya.
Eni menyampaikan pihaknya mengintensifkan langkah pencegahan dan pengendalian, salah satunya dengan menggelar gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak di seluruh wilayah Kabupaten Cirebon pada Kamis (14/8).
Bupati Cirebon, kata dia, telah menerbitkan surat edaran sejak Maret 2025 tentang kewaspadaan kejadian luar biasa (KLB) DBD, dan pada bulan ini kembali mengeluarkan edaran untuk mengajak warga melakukan PSN secara masif.
Menurut Eni, sebagian masyarakat masih menganggap fogging sebagai langkah utama menekan kasus DBD. Padahal metode tersebut hanya membunuh nyamuk dewasa, sementara jentik tetap hidup.
“Langkah paling efektif adalah PSN yang dilakukan bersama-sama. Membersihkan lingkungan dan menutup tempat penampungan air akan memutus siklus hidup nyamuk,” katanya.
Ia mengatakan kegiatan PSN serentak akan melibatkan seluruh puskesmas, camat, kepala desa, dan masyarakat.
Pencegahan DBD, lanjut dia, harus dilakukan secara kolektif oleh seluruh lapisan masyarakat, mengingat pola penularan penyakit tersebut cukup cepat di momen peralihan musim.
“Kalau hanya sebagian yang bergerak, mata rantai penularan tidak akan putus. PSN harus serentak,” ujarnya.
Ia berharap PSN serentak dapat memperkuat tren penurunan kasus DBD, sekaligus membangun kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
“Kalau lingkungan bersih, risiko DBD bisa ditekan. Pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati,” kata Eni.
