Namun, kesulitan itu merupakan tantangan tersendiri karena bagian tersebutlah yang paling digemari oleh ribuan pasang mata. Sebab, orang ingin melihat representasi dari burung yang ditunggangi Nabi Muhammad SAW.
Daya tarik
Tidak hanya prosesi pelarungan tabuik, proses pembuatannya juga digemari oleh wisatawan. Biasanya tempat pembuatan tabuik akan banyak dikunjungi wisatawan pada malam hari.
Salah seorang wisatawan asal Padang Pariaman Muhammad Ari mengatakan dirinya sengaja membawa kedua anak dan istrinya ke lokasi pembuatan tabuik untuk mengenalkan bagaimana ornamen itu dibuat.
Ornamen yang kerap mereka lihat ketika melintasi salah satu persimpangan di Pariaman, Simpang Tabuik. Di persimpangan itu dibangun Tugu Tabuik dengan dihiasi lampu sehingga memancarkan cahaya saat malam.
Melihat proses pembuatan tabuik tersebut juga dapat menjawab rasa penasaran Ari dan keluarga bagaimana ornamen yang menarik ribuan wisatawan hingga rela berdesakan hanya untuk menyaksikan tabuik dihoyak dan dilarung ke laut itu dibuat.
Proses pembuatan ini juga ditawarkan oleh Pemerintah Kota Pariaman kepada wisatawan. Bahkan untuk menarik minat wisatawan menyaksikan kegiatan yang menguras energi, komunitas di daerah itu pernah menggelar kegiatan hiburan tradisional.
Selain itu, Pemerintah Kota Pariaman juga meminta pengelola penginapan untuk menjaga kesiapan kamar selama proses pembuatan tabuik hingga dibuang ke laut.
Tidak heran di lokasi pembuatannya, yaitu di rumah tabuik, terdapat sejumlah pedagang kaki lima yang memanfaatkan momen tersebut untuk mengais rezeki. Makanan dan minuman yang dijual tidak saja yang bersifat tradisional khas daerah namun juga makanan kekinian.
Tabuik dan maknanya
Proses pembuatan tabuik hingga terpasang sempurna dilakukan sekitar selama 10 hari. Dari awal pelaksanaannya yakni Maambiak Tanah hingga dibuang ke laut, banyak prosesi yang dilaksanakan serta memiliki makna yang menarik untuk diikuti.