Pada prosesi keenam yaitu Maarak Saroban (sorban). Prosesi ini dilaksanakan sebagai manifestasi memperlihatkan penutup kepala Husein yang berlumuran darah kepada masyarakat luas.
Pada prosesi Maarak Jari-Jari dan Saroban kedua kelompok tabuik akan bertemu yang biasanya terjadi pada malam hari di Simpang Tabuik. Pertemuan itu disebut dengan basalisiah atau perselisihan. Pada prosesi ini kedua kelompok akan saling melempar sejumlah benda yang relatif ringan bahkan tambur sehingga kerap terjadi luka ringan pada kedua kelompok.
Meskipun terjadi luka namun kedua kelompok tidak pernah menyimpan dendam apalagi sampai membawa ke ranah hukum.
Kemudian di hari puncak pesta budaya dan wisata tersebut dilaksanakan prosesi Tabuik Naiak Pangkek (naik pangkat). Pada prosesi ini dilaksanakan pemasangan bagian atas tabuik agar menjadi ornamen yang sempurna. Tahapan ini dilaksanakan di kawasan Pasar Rakyat Pariaman dan Simpang Kampuang Cino.
Sore harinya dilaksanakan prosesi membuang tabuik yang memiliki arti melepas segala permasalahan yang terjadi. Hal ini menjadi simbol melupakan perselisihan yang terjadi antara kelompok Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang selama kegiatan itu dilaksanakan.
Gambaran karakter
Wakil Wali Kota Pariaman Mulyadi mengatakan pelaksanaan tabuik merupakan gambaran karakter warga yang suka bergotong-royong. Hal ini dapat dilihat pada setiap pelaksanaannya yang selalu melibatkan banyak pihak.
Hal ini juga selaras dengan kebiasaan warga Pariaman yang memiliki tradisi badoncek atau iuran guna membantu meringankan beban warga lainnya yang sedang dalam kesulitan ekonomi.
Begitu juga dalam pelaksanaan Tabuik, ornamen itu tidak saja dikerjakan sendiri namun membutuhkan banyak pihak. Dalam pelaksanaan setiap prosesi pun harus melibatkan banyak pihak yang menandakan kegiatan itu milik bersama.
Prosesi Hoyak Tabuik serta pembuangan Tabuik ke laut juga membutuhkan puluhan orang yang bekerja sama dengan kompak. Sebab, dengan kekompakan itulah ornamen seberat 300 kilogram itu dapat diangkat dan dihoyak sehingga memukau ribuan wisatawan yang menyaksikan agenda tahunan di daerah itu.
Kolaborasi dengan berbagai pihak tidak saja mampu menyukseskan kegiatan namun juga menghadirkan banyak wisatawan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Pariaman.
Pemerintah Kota Pariaman bersama masyarakat menjadwalkan pelaksanaan Pesona Hoyak Tabuik Piaman pada tahun ini dimulai sejak 27 Juni hingga 6 Juli 2025. Menurut Wali Kota Pariaman Yota Balad, tabuik bukan hanya sekadar tontonan belaka. Lebih dari itu, tabuik merupakan warisan budaya turun temurun yang sudah berusia ratusan tahun dan harus terus dilestarikan.
"Jangan hubung-hubungkan tabuik dengan agama. Ini adalah tradisi," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengintip proses pembuatan "tabuik"