Antarajabar.com - Workshop pelatihan manajemen vaksin yang diikuti oleh 10 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Bandung, 15-17 November 2016 menghasilkan resolusi untuk membentuk "centre of excellence" atau pusat penelitian dan pengembangan vaksin negara-negara Islam.
"Keberlangsungan dalam kolaborasi antar National Regulatory Authority (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) negara-negara OKI, adalah tahap selanjutnya untuk mempersiapkan kemandirian," kata Sekretaris Jenderal OKI Razley Nordin pada penutupan Workshop Pelatihan Manajemen Vaksin Negara OKI di Bandung, Kamis.
Kegiatan pelatihan manajemen vaksin itu berlangsung di Kawasan industri vaksin PT Bio Farma Kota Bandung dan berlangsung selama tiga hingga Kamis (17/11).
Kegiatan itu bertujuan untuk membangun kemandirian diantara negara Islam, sekaligus merintis sebuah pusat penelitian dan pengembangan vaksin di negara-negara OKI yang akan menjadi langkah strategis pemenuhan vaksin di negara-negara OKI.
"Kami berharap adanya kerjasama yang lebih erat dan berkesinambungan antar negara Islam," katanya.
Sementara itu Direktur Utama Bio Farma Iskandar sebagai tuan rumah kegiatan itu menyatakan pada pertemuan negara OKI mendatang di Jeddah, Indonesia akan menyampaikan pembentukan Centre of Excellence produksi vaksin negara Islam¿.
"Dengan kemandirian vaksin antar negara islam ini, mampu meningkatkan dan memudahkan industri vaksin untuk saling bersinergi, baik transfer teknologi maupun joint collaboration vaccine production," kata Iskandar.
Menurut dia, untuk berdirinya pusat penelitian bersama, tidak mungkin hanya mengandalkan pusat penelitian lain, apalagi pihaknya akan fokus untuk riset produk yang bisa diterima di negara-negara itu.
"Sehingga harus membuat sendiri, sehingga harus dilakukan bersama ¿sama negara OKI," katanya.
Lebih lanjut ia menyatakan, kaitan dengan sustainable developement goals (SDGs) pihaknya melihat SDGs dari berbagai sudut pandang. Semangat nawacita, kata dia adalah peluang kita untuk berbuat sesuatu, industri harus berbuat sesuatu.
Apalagi dikaitkan dengan Inpres 6/ 2016 untuk percepatan industri farmasi dan alat kesehatan, kita bangkit ke arah kemandirian, sinergi dengan lembaga internasional, kementerian, diperlukan langkah-langkah inovatif untuk percepatan.
"Kita punya peluang sampai 2030, diperlukan langkah-langkah inovatif untuk percepatan, kompetensi yang dimiliki oleh Indonesia dalam membuat vaksin sesuai dengan standar WHO, menjadi suatu nilai tambah tersendiri, dan kita bisa berbagi pengalaman dengan negara-negara OKI," katanya.
Menurut dia Indonesia dipandang memiliki kompetensi dalam membuat vaksin yang berkualitas dibanding dengan negara OKI lainnya, sehingga memberi keyakinan yang cukup.
Sementara itu Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Satya Utama menyatakan Sekretariat Negara sudah memfasilitasi, untuk penyelenggaraan workshop internasional itu.
"Industri Vaksin Indonesia paling maju diantara negara selatan selatan , jumlah kapasitas produksi vaksin Indonesia paling besar dibandingkan negara selatan-selatan. Kegaitan itu sejalan dengan semangat nawacita," kata Satya Utama menambahkan.
Workshop Vaksin Hasilkan Resolusi Bentuk Pusat Penelitian
Kamis, 17 November 2016 18:22 WIB