Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup menguat dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi.
IHSG ditutup menguat 70,01 poin atau 1,11 persen ke posisi 6.381,67. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,47 poin atau 0,21 persen ke posisi 711,67.
“Bursa regional Asia cenderung mixed, pasar merespons hasil rapat FOMC The Fed yang mengisyaratkan adanya kemungkinan pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini,” ujar Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus atau Nico dalam kajiannya, di Jakarta, Kamis.
Para pejabat kebijakan di Amerika Serikat (AS) memprediksi akan ada dua kali pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin selama tahun ini. Sebelumnya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25 sampai 4,50 persen.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan menyebutkan bahwa kebijakan saat ini dirasa cukup memadai dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang ada.
Selanjutnya, Powell mengungkapkan langkah yang bijak saat ini adalah menunggu informasi yang lebih jelas mengenai kondisi ekonomi.
Pernyataan itu menunjukkan tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan dalam menyikapi rencana Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif pada impor dari mitra dagang AS, serta dampaknya terhadap perekonomian.
Dari dalam negeri, IHSG melanjutkan penguatan yang didukung dari aksi emiten konglomerasi dan BUMN meningkatkan aksi beli, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberlakukan kebijakan buyback tanpa perlu persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Kebijakan ini mendorong peningkatan risk-appetite para investor, dan jaminan dari dari bank sentral untuk menjaga stabilitas, dengan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.
Keputusan itu sejalan dengan upaya untuk menjaga inflasi pada tahun 2025 dan 2026, agar tetap terkendali dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental ekonomi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.