Kuningan (ANTARA) - Sejumlah warga di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dibuat resah akibat adanya serangkaian serangan dari hewan ajag (Canis aureus) yang menyasar ternak mereka, khususnya kambing pada awal Februari 2025.
Dari informasi yang dihimpun ANTARA, insiden terbaru terjadi pada Senin (10/2) malam, dengan dua kambing di Desa Wano, Kuningan ditemukan dalam kondisi luka parah setelah diduga diserang hewan liar tersebut.
“Awalnya kami kira serangan anjing biasa, tapi setelah kejadian di Wano, kami mendapat kabar bahwa kemungkinan besar itu ulah ajag,” kata Ahman Maulani, warga setempat, saat dikonfirmasi di Kuningan, Minggu.
Ia mengungkapkan kalau serangan serupa juga terjadi sepekan sebelumnya di Desa Cengal, Kuningan.
Dia menyebutkan saat itu, ada tiga kambing milik warga mengalami luka-luka, dan awalnya diduga diserang oleh anjing liar yang banyak berkeliaran di wilayah tersebut. Namun, setelah insiden di Wano, warga semakin yakin bahwa ajag adalah pelakunya.
Ahman menuturkan bahwa dirinya dan rekannya sempat berjaga di kandang milik kerabatnya, setelah mendengar kabar serangan ternak di desa sebelah.
Namun, ketika mereka pulang sekitar tengah malam, dirinya kemudian mendapat laporan bahwa ajag masuk ke kandang kambing milik kerabatnya.
“Baru saja tiba di rumah, ada anak-anak muda datang memberi tahu bahwa ada ajag masuk ke kandang,” ujarnya.
Dia mengatakan saat diperiksa, dua kambing di kandang tersebut ditemukan terluka. Kambing dewasa mengalami luka serius di bagian perut dan leher hingga akhirnya disembelih, sementara satu anak kambing masih bertahan dengan luka di bagian punggung.
“Yang dewasa langsung disembelih karena lukanya cukup parah, sementara yang anaknya masih hidup dan terus diobati,” katanya.
Ahman menyampaikan warga di Desa Wano dan Cengal kini semakin waspada, karena ajag diduga masuk ke dalam kandang melalui celah pada tempat pakan yang hanya dibatasi bambu dengan jarak renggang.
“Serangannya terjadi di dalam kandang, bukan di luar. Kemungkinan masuk melalui tempat pakan yang memang hanya dibatasi bambu,” tuturnya.
Dia berharap pemerintah daerah dan pihak terkait, segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi ancaman ini sebelum semakin banyak ternak yang menjadi korban.